30 April 2008

TAHAJJUD BERJAMA'AH


Asww.
Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb. Ustad ana mau nanya, apakah ada dalilnya sholat Tahajud berjama'ah? hanya ini yang ana tanya karena banyak orang amah yang merasa anak jika melihat ada mabit dimasjid dengan mengamalkan sholat Tahajut berjama'ah Terima kasih banyak atas jawabnya. Wassalamu'alikum wr wb

Sukardi SE

Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb.
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Masalah salat sunah berjamaah telah banyak diperbincangkan oleh para ulama kita.

Jumhur ulama sepakat dengan sunnahnya berjamaah dalam salat Ied, salat gerhana, salat istisqa, salat tarawih, dan salat witir pada bulan Ramadhan. Namun, bagaimana dengan selain itu?

Pada dasarnya, salat sunah berjamaah pada selain yang disebutkan di atas dikerjakan secara sendiri-sendiri. Namun demikian, kalau dikerjakan secara berjamaah boleh-boleh saja (al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah). Termasuk di dalamnya adalah salat tahajjud berjamaah.

Terkait dengan shalat malam atau shalat tahajjud, Nabi saw pernah melakukan dengan dua cara tersebut (sendiri dan berjamaah). Beliau memang lebih banyak mengerjakannya secara sendirian.Akan tetapi, beliau pernah pula mengerjakannya secara berjamaah.
Misalnya:
· Hudzaifah meriwayatkan, “Aku shalat bersama Nabi saw. pada suatu malam. Beliau memulai bacaan (sesudah al-fatihah) dengan surat al-baqarah. Ketika itu aku berbisik dalam hati, ‘Beliau pasti ruku setelah membaca seratus ayat….” (HR Muslim).
· Abu Wail meriwayatkan bahwa Abdullah berkata, “Aku shalat bersama rasulullah saw. beliau memanjangkan bacaan sampai aku punya niat buruk.’ Ia ditanya, “Apa niat burukmu itu?” “Aku berniat duduk dan meninggalkannya.” (HR. Muslim)
· Demikian pula riwayat tentang shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dengan Ibnu Abbas.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb

HARTA/ AL-MAL


Asww.

Bagaimana mengelola harta.
Allah SWT selalu menceritakan dalam Alquran mengenai kepastian hancurnya alam dunia. Dalam pembukaan surat Attakwir [81], Al Infithaar [82], dan Al Insyiqaaq [84], digambarkan secara detail bagaimana langit yang kokoh ini kelak akan menjadi rapuh dan terkelupas.

Bintang-bintang terlepas dari porosnya, lautan dipanaskan lalu diluapkan dan menelan semua daratan, matahari dipadamkan sehingga tak ada kehidupan lagi di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa harta yang selama ini manusia perjuangkan akan berakhir. Alam akhirat telah Allah SWT persiapkan bukan untuk sementara, melainkan untuk selama-lamanya. Tidak ada kematian lagi setelah itu.

Siapa yang selama di dunia mempersiapkan diri untuk menjadi penghuni surga dengan menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, ia akan bahagia selamanya. Sebaliknya, siapa yang mempersiapkan diri untuk menjadi bahan bakar neraka dengan mengingkari ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya, ia akan menderita selamanya.

Dalam Alquran, Allah SWT selalu menceritakan orang-orang yang kelak pasti akan menyesal karena selama di dunia, lalai. Mereka tidak pernah percaya bahwa kelak akan dihisab semua amal dan kekayaan mereka. Akibatnya, mereka terlena dengan kemewahan, bahkan menjadi kikir dan rakus.

Mereka tak mau beramal untuk akhirat. Kekayaan ditumpuk hanya untuk kepentingan dunia. Mereka kelak akan berkata seperti yang Allah SWT rekam dalam surat Alhaqqah [69]: 27-28. "Telah hilang kekuasaanku dariku. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku."

"Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Dan orang kafir berkata, 'Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah'." (Annaba' [78]: 40).

Sebelum menyesal, masih ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi. Caranya: transferlah harta anda ke akhirat. Salurkan kekayaan melalui lembaga-lembaga sosial yang membantu fakir miskin dan anak yatim. Lebih dari itu, wakafkan harta untuk pelayanan sosial, seperti masjid, sekolah pendidikan agama, dan rumah sakit. Wallahu a'lam bishshawab.

28 April 2008

REALITA MASYARAKAT ISLAM SAAT INI


Print

Penterjemah: Abu Ahmad

ASWW.

Mungkin kita semua sudah mengetahui, apa yang telah terjadi dan dialami olah masyarakat Islam saat ini. Kita sadar bahwa masyarakat Islam saat ini berada pada titik paling rendah terhadap kemajuan yang telah dihadirkan oleh orang lain, kita menyadari bahwa saat ini mujtama’ Islam saat ini sedang menderita kejumudan, kemalasan bahkan keterbelakangan dari berbagai aspek, sementara Barat berada pada puncak kemajuannya.

Kita juga menyadari bahwa yang dibawa oleh barat telah menjerumuskan umat pada dunia kejahilan sehingga melumpuhkan sendi-sendi kehidupan dan segala sistemnya, dan yang mengherankan seakan umat tidak bisa menolaknya kecuali hanya bisa mengikuti seperti burung beo, tanpa bisa menganalisa mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan mana yang bathil, mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga kondisi seperti itu menyebabkan umat tidak mampu menegakkan Islam dalam diri umat, memberikan pencerahan tentang pandangan Islam dalam akal umat, dan tidak membentuk umat seperti gunung yang besar di tengah suatu komunitas manusia seperti yang pernah dialami oleh umat Islam pada masa pertama pembentukannya.

“Umat Islam saat ini seakan berada pada masa jahiliyah seperti masa jahiliyah saat Islam diturunkan bahkan boleh jadi lebih buruk dari masa saat itu, disekitar umat seluruhnya jahiliyah. Cakrawala umat manusia dan akidahnya, adat dan istiadat mereka, sumber ideology, kesenian dan sastra, syariat dan undang-undang bahkan pada tsaqofah Islamiyah, maraji’ Islam, falsafah Islam, dan ideology Islam. Ada yang terbentuk dari jahiliyah.”[1]

Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ironi yang sangat memprihatinkan, dan krisis yang memilukan, fenomena keterbelakangan di tubuh umat Islam, yang sumber dan penyebabnya sangat beragam, baik dari luar maupun dari dalam, dan kita tidak bisa membersihkannya kecuali ada tekad dari setiap anggota masyarakat untuk menghadapinya dengan penuh kesungguhan dan upaya yang maksimal.

Penyebab keterbelakangan umat Islam dari luar adalah karena adanya penjajahan barat atas negara Islam semenjak jatuhnya khilafah Islamiyah, barat telah menjadikan mereka bangsa dan negara-negara kecil. Disamping itu mereka juga merampas kekayaan dan melemahkan potensi mereka, dan melakukan berbagai penghadangan pada setiap usaha melakukan kebangkitan yang dilancarkan dan membangun negara berdaulat. Jika ada suatu pergerakan, dan sebagian yang ingin bangkit melawan penjajahan, maka dengan segera mereka -barat- berusaha menghadangnya dengan berbagai rintangan dan cobaan, hingga pada usaha masuknya aksi militer yang kejam, menghancurkan sendi-sendi kebangkitan dan membuat strategi guna membuat kebangkitan tandingan dan pemerintahan boneka yang dibentuk untuk kemaslahatan barat dan melanggengkan kekuasaan para penjajah ditengah pasar dunia.

Adapun penyebab dari dalam adalah karena kejahilan, keterbelakangan, kemalasan dan kelalaian, kelemahan dalam berfikir dan konsep dan mendirikan proyek-proyek dan industri-industri besar, dan hanya bertumpu pada apa yang telah dicapai oleh orang lain hingga pada makanan pokok mereka, sehingga negara Islam (mayoritas penduduknya Islam) dan negara-negara yang kaya akan minyak dan hasil buminya hanya sebagai konsumen pada negara-negara barat, hasil buminya hanya dijadikan untuk bermewah-mewahan dan bermegah-megahan, bangga dengan kemewahan pada bangunan dan ornemen-ornamennya, pada istana dan mobil-mobil mewah dan keluaran terbaru, mencari yang terbaru dan membuang yang lama (kuno) disertai dengan fasilitas yang modern, baik pada kendaraan, pakaian, dan sarana lainnya, juga pada makanan, minuman dan menu-menu yang beragam”.[2]

Atau mungkin –dari sebab keterbelakangan ini- karena umat lalai, telah meninggalkan tugas pokok kita yaitu berda’wah, menyeru kepada Allah, umat belum menyampaikan agama Islam dengan nilai-nilai yang luhur dan mulia ke seluruh penjuru dunia…umat mungkin menjadi propaganda yang paling buruk terhadap Islam, sekalipun memiliki potensi yang besar yang dianugrahkan oleh Allah SWT, namun tetap berada dalam keterbelakangan dalam keilmuan, ekonomi, politik dan demokrasi. Umat tidak berusaha mengambil pelajaran dari Al-Qur’an bagaimana berinteraksi dengan musuh.

Dan kesalahan yang terbesar adalah bahwa seluruh komponen umat belum bisa bertemu dalam satu kata, bersatu dalam sikap sehingga sirna hati umat dari perasaan satu umat dan ruh jamaah.

Atau juga menjadi umat yang paling buruk, karena umat telah meninggalkan untuk bertahkim kepada hukum Allah dan sunnah Nabi Muhammad saw, tidaklah kehinaan yang dialami umat islam saat ini kecuali terjadi secara alami karena meninggalkan syariat Allah, jumlah umat Islam saat ini banyak namun mereka seperti buih yang mengapung diatas air, sungguh benar apa yang disabdakan Rasulullah saw :

يوشك أن تداعى عليكم الأمم كما تتداعى الأكلة إلى قصعتها، قالوا : أمن قلة نحن يومئذ ؟ قال : بل أنتم كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهاية منكم، وليقذفن الله في قلوبكم الوهن، فقالوا : يا رسول الله وما الوهن ؟ قال : حب الدنيا وكراهية الموت

“Kelak kalian akan menjadi umat yang diperebutkan seperti halnya orang yang makan berebut pada pinggannya, mereka berkata : apakah saat itu jumlah kami sedikit ? rasul bersabda : kalian saat itu banyak namun kalian seperti buih yang mengalir diatas air. Allah akan mengangkat dari hati musuh kalian kewibawaan dari diri kalian, dan akan ditimpakan dalam diri kalian al-wahn. Mereka berkata : Ya Rasulullah, apa al-wahn itu ? Rasul bersabda : cinta dunia dan takut mati” (Abu Dawud)

Demikianlah, apa yang terjadi pada umat Islam saat ini, dan kondisi kita yang harus kita sadari dan mencari solusi untuk keluar dari krisis yang menyakitkan ini. Berusaha membersihkan diri dari kehinaan dan membeo terhadap umat lainnya dan kembali menjadi umat yang memiliki jati diri yang luhur.

Dari fenomena ini kita harus lebih dahulu membersihkan diri untuk melakukan perubahan, karena Allah SWT berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah diri mereka (lebih dahulu). (Ar-ra’du : 11)

kita harus memulai dari diri kita sendiri, jika kita ingin merubah nasib kita, karena Allah juga tidak akan segan-segan mengganti suatu kaum yang menyimpang pada generasi yang lain, Allah berfirman :

وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

“Jika kalian menyimpang maka (Allah) akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dan tidak seperti kalian”. (Muhammad : 38)

saat ini kita memang berharap akan rahmat Allah, maghfirah dan pertolongan-Nya, namun muslim yang sejati juga merupakan kunci dan solusi; keimanannya, akal dan akhlaknya, terhadap dirinya, keluarganya dan Tuhannya, pembelaannya terhadap kebenaran dan berdiri pada barisan yang satu menghadapi kebatilan merupakan sarana yang ampuh untuk melakukan perubahan dan keluar dari krisis.

Walhaq dan ala kulli halin –seperti yang diungkapkan Abul A’la Al-Maududi- rahimakumullah : “Sesungguhnya tidak mungkin akan terjadi kebangkitan Islam yang komprehensip dan paripurna kecuali dengan menancapkan pokok-pokok keimanan di segala aspek kehidupan baik individu maupun kelompok, dan yang dikira –demikian yang tertulis dalam teks asli, semoga yang dimaksud adalah dirasakan- manusia dengan kewajibannya bahwa setiap/segala yang berada ditangannya adalah milik Allah SWT semata, dan memandang bahwa Allah SWT adalah pemilik yang sah dan asli, untuk dijadikan pengetahuan, yang disembah, ditaati, miliknya segala perintah dan larangan, tidak ada pancaran hidayah kecuali Dia, memiliki perasaan ketenangan jiwa dengan penuh kesadaran bahwa setiap penyimpangan dari ketaatan kepada Allah atau tidak membutuhkan/mengharap petunjuk dari-Nya, mensyirikkan yang lain dengan-Nya, terhadap Dzat-Nya dan sifat-Nya serta segala perbuatan dan kehendak-Nya tidak lain kecuali merupakan kesesatan dari segala sisi dan bentuk serta coraknya.

Bahwa bangunan ini –keimanan kepada Allah SWT- tidak mungkin akan kokoh pondasi-pondasinya kecuali jika dalam hatinya memiliki pandangan yang bersih, dan memiliki perasaan yang sempurna dan keinginan yang kuat bahwa segala sesuatu yang ada dalam dirinya adalah milik Allah dan kembali kepada mengharap ridla-Nya, menyerahkan segala apa yang ada dalam dirinya sebagai bagian dari keridlaan dan kebencian, dan menjadikannya tunduk mengharap ridla Allah dan kemarahan-Nya, membersihkan dirinya dari riya dan sombong, mencelupkan segala pandangan, pemikiran, pendapat, inspirasi dan manhaj ideologinya dipelupuk ilmu yang telah diturunkan Allah seperti yang termaktub dalam kitab-Nya. Melepaskan lehernya dari ikatan segala macam ketergantungan dan loyalitas yang tidak tunduk dan taat kepada Allah SWT, bahkan mungkin menghadapkan wajahnya, dan menancapkan kecintaan dan kerinduan kepada Allah di dalam hatinya, juga menafikan diri dari lubuk hatinya yang dalam terhadap segala berhala yang menyamai kebesaran Allah dan keagungan-Nya, serta memancarkan kecintaan dan kemarahannya, kesetiaan dan permusuhannya, kesenangan dan kebenciannya, berdamai dan berperangnya…, dalam rangka mengharap ridla Allah SWT, sehingga dirinya tidak pernah ridla kecuali terhadap apa yang diridlai Allah dan membenci kecuali yang dibenci oleh Allah SWT”.[3]

Wallahu a’lam bisshowab.

FIKIH


Konsultasi : Masalah Umum
cincin emas utk tunangan dipakai pria

Pertanyaan:

Assalamu 'alaikum Wr. Wb

Saya mau tanya pak ustadz atau utandza. saya kan berkeinginan menikah tapi sebelum menikah kan harus melamar dulu atau tunangan sedangkan tunangan saya harus membeli cicin, yang saya ingin tanyakan apakah saya juga harus memakai cincin atau tidak sedangkan cincin itu terbuat dari emas, saya harus bagaimana?

Wassalamu 'alaikum Wr. Wb

BUDI PURWANTO


Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin wash-shalatu wassalamu ala asyrafil Anbiya wal Mursalin wa ba’du:

Hukum bertunangan pada dasarnya sunnah. Hanya saja cara yang dipergunakan tidak boleh bertentangan dengan syariat. Tukar cincin saat bertunangan di dalam Islam sebenarnya bukan merupakan anjuran, apalagi kewajiban. Ia hanya tradisi dan budaya yang dikembangkan oleh masyarakat.

Terkait dengan penggunaan cincin emas oleh Anda, maka pada dasarnya Islam melarang setiap lelaki menggunakan emas. Emas hanya boleh dilakukan oleh wanita. Suatu ketika Nabi saw mengambil sutera dan dipegangnya dengan tangan kanan. Lalu, beliau mengambil emas dan dipegangnya dengan tangan kiri. Kemudian beliau bersabda, “Dua macam perhiasan ini haram bagi kalangan laki-laki umatku.” (HR Ahmad, Abu Daud, an-Nasa`I, Ibn Hibban, dan Ibn Majah)

Karena itu, kalaupun terpaksa harus memakai cincin upayakanlah untuk tidak memakai cincin emas, tetapi dari bahan lain seperti tembaga atau besi. Atau, cincin emas itu hanya dipakai pada saat bertunangan; lalu selepas itu langsung dilepas. Itu jika kondisinya memaksa demikian. Tapi dalam kondisi normal; hendaknya dihindarkan.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr/wb

KONSULTASI FIKIH


Asww.
Menggugurkan janin

Pertanyaan:

Saya sudah menikah, anak pertama umur 3,8 tahun dan anak kedua umur 1, 4 tahun. Skr istri udah hamil lagi dan kami sungguh tidak menduga akan kehamilannya. Kami berniat menggugurkannya, tolong jelaskan kepada saya azab apa yang akan kami terima apabila hal tsb kami lakukan. Terima kasih
ABDULLAH

Assalamu alaikum wr.wb.

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Kami memahami kondisi yang Anda rasakan pada saat ini. Namun demikian, yakinlah bahwa di balik ini semua ada hikmah yang hendak Allah berikan kepada Anda berdua.

Terkait dengan itu, dari sisi syariat, keinginan Anda untuk menggugurkan kandungan tetap tidak bisa dibenarkan. Apalagi saat ini janin sudah berusia empat bulan yang artinya ruh sudah ditupkan kepadanya. Para ahli fikih sepakat bahwa menggugurkan kandungan setelah ditiupkan ruh ke dalamnya adalah haram dan dosa. Kalau hal itu tetap dilakukan maka tergolong tindak kriminal apapun alasannya dan bagaimanapun kondisi janinnya. Sebab, hak untuk mematikan dan menghidupkan hanyalah ditangan Allah. Manusia tidak diperbolehkan mengakhiri kehidupan makhluk kecuali dengan cara yang memang diperintahkan oleh Allah Swt. Pengguguran kandungan baru ditolerir jika diduga kuat--menurut keterangan ahli--akan mengakibatkan kematian bagi sang ibu (istri Anda). Bila keberadaan janin tersebut akan menyebabkan kematian sang ibu, sementara tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawanya kecuali dengan menggugurkan kandungan, maka pengguguran tersebut menjadi wajib.
Namun, dalam kondisi normal, pengguguran tidak boleh dilakukan.

Karena itu, kami sarankan kepada Anda berdua untuk banyak berdoa kepada Allah agar Dia mempermudah kehamilan, persalinan, dan pengasuhannya, serta agar janin tersebut lahir dalam kondisi sehat wal afiat.

Wallahu a'lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb

26 April 2008

SIAPA ABD.RAHMAN BIN 'AUF?


Asww.

Mutiara Kehidupan Para Sahabat: Abdul Rahman bin Auf; Sosok Saudagar Nun Berjiwa Tegar dan Gagah Berani
Al-Ikhwan.net | 21 April 2008 | 14 Rabiul Akhir 1429 H | Hits: 246
Abu Ahmad
Kirim ke teman | Print

Beliau adalah seorang sahabat yang mulia; Abdul Rahman bin Auf –semoga Allah meridloinya-, lahir pada 10 tahun sebelum tahun gajah, dan masuk Islam sebelum Rasulullah saw masuk ke Dar al-Arqam bin Abi Al-Arqam, beliau adalah salah seorang dari delapan sahabat yang pertama masuk Islam, salah seorang dari 5 sahabat yang masuk melalui Abu Bakar, dan salah seorang dari 10 sahabat yang di jamin masuk surg tanpa hisab, sebagaiman beliau juga merupakan salah seorang dari 6 sahabat yang dipilih oleh Umar untuk di calonkan menjadi khalifah, dan beliau adalah sahabat yang amat sangat kaya raya.

Suatu hari beliau jatuh pingsan kemudian setelah siuman dia berkata kepada orang yang ada disekelilngnya : “Apakah saya tadi pingsan” ? mereka menjawab : “benar”, beliau berkata lagi : “Sesungguhnya tadi telah datang kepada saya dua malaikat atau dua orang di dalamnya ada bengis dan keras, namun keduanya akhirnya pergi meninggalkan saya, kemudian datang lagi dua malaikat atau dua orang yang lebih lembut dan kasih dari dua orang tadi, lalu keduanya berkata : hendak kalian bawa kemana dia ? keduanya menjawab : kami akan menghukumnya dihadapan Dzat Yang Maha Perkasa dan Terpercaya. Beliau berkata : tinggalkanlah dia, karena dia adalah seorang yang telah ditentukan kebaikannya semenjak berada dalam perut ibunya.

Beliau pernah ikut hijrah ke Habsyah sebanyak dua kali, dan Rasulullah saw mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’, maka Sa’ad berkata kepada : saudaraku, saya adalah penduduk Madinah yang kaya raya, maka lihatlah setengah dari hartaku dan ambillah, dan saya memiliki dua Istri, dan lihatlah mana yang kamu suka sehingga saya nanti akan mentalaknya untukmu, namun Abdul rahman berkata : semoga Allah memberkatimu, keluargamu dan hartamu, namun tunjukkanlah kepada saya dimana pasar?! maka ditunjukkan kepadanya pasar, lalu dia membeli dan kemudian dijualnya kembali dan kemudian mendapatkan keuntungan yang banyak.

Beliau adalah seorang penunggang kuda yang lihai dan pemberani, seorang pejuang yang gagah, selalu ikut serta dalam perang Badr, Uhud, dan seluruh peperangan bersama Rasulullah saw, dan beliau ikut dalam perang Uhud hingga dapat melukai 21 orang, namun kakinya terkena senjata hingga jalannya menjadi tidak normal.

Rasulullah saw pernah mengutusnya dalam perang Daumatul Jundul, dan baliau memakaikan umamah (pengikat kepala khas arab) di kepalanya dan diselendangkan kain diantara dua ketiaknya, dan beliau berkata kepadanya : “Jika Allah memberikan kemenangan atas engkau maka nikahilah anak perempuan dari kalangan terhormat mereka”, maka Abdul Rahman pun mendatangi Daumatul Jundul dan menyeru mereka kepada Islam namun mereka menolaknya sebanyak tiga kali, kemudian setelah itu Al-Asba’ bin Tsa’labah Al-Kalbi, dan beliau sebagai orang terhormat dalam kaumnya, maka Abdul Rahman dinikahkan dengan putrinya yang bernama Tamdhir binti Al-Asba’, dan melaluinya lahirlah Abu Salmah bin Abdul Rahman. (Ibnu Hisyam).

Rasulullah saw pernah mendo’akan beliau, seperti sabdanya : “Ya Allah berikanlah kepada Abdul Rahman dengan minuman dari surga”. (Ahmad)

Beliau adalah seorang pedagang yang ulung, kaya raya, dan kebanyakan dari harta kekayaannya dihasilkan dari berniaga, sebagaimana beliau juga terkenal dengan kedemawanannya; selalu menginfakkan hartanya dijalan Allah, pernah dalam satu hari beliau memerdekakan 30 budak, dan menyedekahkan setengah dari hartanya dimasa Rasulullah saw masih hidup.

Dan beliau juga pernah menginfakkan uang sebesar 50 ribu dinar dijalan Allah, dan menginfakkan bagi siapa yang tersisa dari para pejuang perang Badr yang setiap orangnya mendapatkan uang sebesar 400 dinar, adapun jumlah mereka saat itu 100 orang semuanya mendapatkan jatahnya, dan menginfakkan 1000 kuda dijalan Allah.

Rasulullah saw sangat khawatir dengan kekayaan yang dimilkinya, beliau pernah bersabda kepadanya : “Wahai keturunan Auf, sesungguhnya kamu keturunan orang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali berat, sehingga Allah melepaskan kedua kakimu”. Abdul Rahman bertanya : “Apa yang harus saya lakukan wahai Rasulullah saw ? beliau menjawab : “Jibril telah datang kepada saya dan berkata : perintahkan kepadanya untuk menjamu tamunya, memberikan hartanya kepada yang miskin dan terkena musibah, dan memberi makan orang miskin”. (Al-Hakim), maka setelah itu Abdul Rahman melakukannya.

Walaupun Abdul Rahman bin Auf seorang yang kaya raya, namun keimanan beliau sangat kuat, cinta pada kebaikan dan tidak terpengaruh pada kehidupan dunia. Suatu hari belaiu membawa makanan untuk berbuka, saat itu beliau berpuasa, maka dia berkata : Mus’ab bin Umair telah terbunuh syahid sedang beliau lebih baik dari saya, lalu dikafani dengan baju miliknya, jika ditutup kepalanya kakinya terbuka, jika ditutup kakinya kepalanya akan tampak, dan dia berkata lagi : Hamzah telah terbunuh syahid, dan dia lebih baik dari saya, kemudian dihamparkan kepada kita seperti yang telah dihamparkan, dan kita telah diberikan darinya seperti apa yang diberikan, sungguh kami khawatir kebaikan yang kami perbuat mendahului kita, kemudian dia menangis lalu ditinggalkan makanannya.

Suatu hari Abdul Rahman menghidangkan kepada sebagian keluarganya makanan dari roti dan daging, ketika pinggan akan diletakkan dihadapannya beliau menangis, merekapun bertanya kepadanya : Apa yang membuat engkau menangis wahai Abu Muhammad ? beliau menjawab : “Rasulullah saw meninggal sedang beliau dan keluarganya tidak merasa kenyang dari roti yang terbuat dari sya’ir (sejenis gandum), dan kita mengkhiri perihal ini padahal beliau lebih baik dari kita.

Ketika Umar menjabat sebagai khalifah pada tahun 13 Hijriyah, beliau mengutus Abdul Rahman bin Auf untuk menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan kaum muslimin lainnya, dan ketika Umar bin Khattab tertikam, menjelang ajalnya beliau memilih enam orang dari sahabat Rasulullah saw agar siap dipilih manjdadi khalifah diantara mereka, dan Abdul Rahman termasuk di dalamnya, beliau memiliki pemikiran yang cemerlang, pelaku musyawarah yang cerdas dan cermat, ketika enam sahabat itu berkumpul, beliau berkata kepada yang lainnya : “Jadikanlah perkara kalian menjadi tiga orang, maka turunlah setelah itu (mengundurkan diri) tiga orang dari mereka, Az-Zubair bin Al-‘awwam, Tolhah bin Ubaidllah dan Sa’ad bin Abi Waqqash, dan sisa dari mereka antara lain Abdul Rahman bin Auf, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, lalu beliaupun berkata : siapa diantara kalian yang terbebas dari perkara ini, semoga Allah memberikan kebaikan bagi kalian, hendaknya jangan mengacuhkan dari sifat yang paling mulia dan terbaik dihadapan kaum muslimin, mereka berkata : iya memang benar. Kemudian Abdul Rahman memilih Utsman bin Affan untuk menjjadi khalifah dan membai’atnya, kemudian umat Islam lainnya membai’atnya dan seluruh kaum muslimin.

Beliau wafat pada tahun 31 Hijriyah, ada yang berpendapat tahun 32 Hijriyah, disaat Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah, dan dikebumikan di Al-Baqi.Wassalam

MESIN POLITIK


ASWW.
Sabtu, 26 April 2008 10:43:42 | 271 klik | |

Hilmi Aminuddin
Platform PKS, Penggerak Utama Mesin Partai

Platform ini, akan menjadi motivasi dan penggerak utama kegiatan dan partai dan akan menjadikan semua asset dakwah PKS di semua sektor kehidupan, dapat diberdayakan dan didayagunakan, bekerja secara terintegrasi, kontinyu, fokus dan terarah.

PK-Sejahtera Online: Untuk meraih kemenangan dakwah, seluruh kader dan struktur PKS harus terlebih dahulu memahami syarat-syarat kemenangan dakwah. Diantara syarat-syarat kemenangan itu adalah suatu organisasi harus memiliki konsep system, tim dan tujuan yang jelas. Hal ini dituangkan Ketua Majelis Syuro PKS K.H. Hilmi Aminuddin dalam kata pengantarnya di buku Platform PKS.

Platform Kebijakan Pembangunan PKS jelas Hilmi, merupakan dokumen yang merefleksikan visi, misi, program dan sikap partai terhadap berbagai persoalan di Indonesia.

Platform ini, akan menjadi motivasi dan penggerak utama kegiatan dan partai dan akan menjadikan semua asset dakwah PKS di semua sektor kehidupan, dapat diberdayakan dan didayagunakan, bekerja secara terintegrasi, kontinyu, fokus dan terarah.

Dengan demikian lanjut Hilmi, sumber daya partai yang terbatas bisa dikelola secara baik, efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan dan langsung dapat dirasakan oleh para simpatisan, kader, konstituen partai dan masyarakat.

Karenanya, Platform Kebijakan Pembangunan PKS menjadi sangat penting kerena berisi konsep system, tim dan tujuan yang jelas. Karenanya, ia mengharuskan kader, pengurus, anggota legislatif, calon anggota legislatif dan seluruh unsur PKS membaca dan mendalami platform Kebijakan dan pembangunan PKS ini.WASSALAM

25 April 2008

HADIAH / UANG LELAH


ASWW.

Konsultasi : Masalah Umum
Uang lelah

Pertanyaan:
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Moga Allah SWT merahmati aktivitas dakwah yang kita lakukan….

Ustad yang saya hormati, saya bekerja di sebuah perusahaan inspeksi di daerah x, dimana dalam inspeksi terkadang kami diberi uang, yang katanya uang lelah…
Pertanyaan saya adalah :
1. Terkadang saya mendapati barang yang kita inspeksi adalah barang yang baik, dari segi kualitas, sesuai dengan peraturan yang tertera….bagaimana dengan uang lelah yang saya terima atau uang lelah yang saya dapat dari teman saya (bukan saya yang menerima uang pertama kali ) ?
2. Terkadang saya juga mendapati barang yang kita inspeksi adalah barang yang jelek dari segi kualitas dan tidak sesuai dengan peraturan…..dan saya juga menerima uang lelah dari teman saya ? (bukan saya yang menerimannya pertama kali)…

Mohon saya dibantu ustad, saya masih menyimpan dan mencatat uang yang saya anggap subhat sampai sekarang selama 2.8 tahun saya bekerja..

Mohon jawabannya bisa dialamatkan ke email ana ustad.....

Muhammad Arafah

Muhammad Arafah


Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin wash-shalatu wassalamu ala asyrafil Anbiya wal Mursalin wa ba’du:

Pada prinsipnya Islam mengharamkan sogok dan suap menyuap dalam bentuk apapun. Tsauban berkata, “Rasulullah saw. melaknat penyuap, yang disuap, dan perantaranya.” (HR Ahmad dan al-Hâkim)

Hanya saja kemudian kita harus bisa menentukan mana yang bisa disebut suap dan mana yang tidak termasuk suap.
Terkait dengan pertanyaan Anda di atas terdapat sejumlah hal yang perlu diklarifikasi. Pertama-tama, perlu ditegaskan terlebih dahulu apakah Anda bekerja di sebuah instansi pemerintah atau swasta.

Kalau Anda bekerja di sebuah instansi pemerintah, maka uang lelah yang Anda sebutkan di atas termasuk kategori suap. Sebab ada aturan yang jelas tentang hal itu. Harusnya ketika menerima Anda langsung melaporkannya kepada KPK sebagai gratifikasi.

Adapun kalau Anda bekerja di sebuah instansi swasta; tergantung aturan yang berlaku di instansi atau perusahaan tempat Anda bekerja. Kalau dalam aturan perusahaan, hal itu tidak boleh, maka Anda tidak boleh melakukannya. Sementara, kalau tidak ada aturan, pertanyaan selanjutnya adalah apakah pemberian tersebut memperngaruhi kinerja Anda atau tidak? Dengan kata lain, barang yang mestinya bagus dikatakan jelek, atau sebaliknya. Kalau pemberian tersebut mempengaruhi kinerja Anda, maka tidak boleh. Ia termasuk wilayah risywah atau suap.

Akan tetapi, bila Anda tetap bekerja dengan profesional dan uang tersebut tidak ada kaitan langsung dengan pemeriksaan barang yang sedang Anda lakukan, namun lebih kepada aspek kemanusiaan di mana bisa jadi sang pengusaha empati kepada Anda mengingat pekerjaan yang begitu besar dan melelahkan. Hal itu semacam hadiah kemanusiaan yang boleh diambil tetapi dgn tetap memastikan profesionalitas dan kinerja Anda tidak berubah.

Kalau uang lelah itu memang berasal dari uang haram atau syubhat, hendaknya dikembalikan kepada yang memberi atau disedekahkan kepada fakir miskin.

Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu alaikum wr.wb

23 April 2008

PLATFORM PKS


Asww.
republika.co.id

Banyak kalangan Parpol mungkin agak nervous dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belakangan ini. Khususnya setelah dua pasang cagub dan cawagub yang didukung PKS (sebenarnya lewat koalisi dengan partai lain) memenangkan pilkada di Jawa Barat dan Sumatra Utara. Bukan hanya kalangan parpol lainnya, tetapi juga sementara pengamat dalam dan luar negeri mengambil kasus di kedua daerah tersebut sebagai pertanda awal dari peningkatan suara PKS dalam Pemilu 2009 nanti.

Mengapa nervous? Tidak lain karena selama ini PKS dianggap sebagai partai yang akan mengubah Indonesia menjadi ‘negara Islam’ dan menerapkan ‘syariah’, tegasnya hukum hudud, potong tangan, dan rajam kepada para pelaku kejahatan yang menurut fikih klasik perlu dijatuhi hukuman seperti itu. PKS juga tidak jarang dianggap lebih berorientasi transnasional; disebut-sebut banyak dipengaruhi organisasi al-Ikhwan al-Muslimun yang sampai sekarang terlarang di Mesir.

Apakah PKS memang seperti itu? Saya beruntung mendapat kesempatan mendalami PKS ketika diundang pimpinan PKS dalam Milad ke-10 PKS, Ahad pekan lalu (20/4/ 2008). Bersamaan dengan itu juga diselenggarakan pembahasan buku Memperjuangkan Masyarakat Madani: Falsafah Dasar dan Platform Kebijakan Pembangunan PK Sejahtera (2008) dengan pembahas Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie; Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati; dan
saya sendiri.

Diminta membahas platform PKS dalam bidang sosial-budaya (termasuk agama), saya menemukan bahwa buku setebal xxii+543 halaman ini secara komprehensif membahas berbagai subjek, sejak dari paradigma PKS; kondisi nasional dan permasalahan bangsa dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya; lingkungan strategis dan Indonesia yang dicitacitakan, sampai pada platform PKS untuk mengatasi berbagai masalah tersebut menuju Indonesia yang dicita-citakan. Saya percaya, tidak banyak parpol yang memiliki platform yang selengkap dan serinci platform PKS; meski dalam segi-segi tertentu, tidak banyak pembahasan tentang ‘bagaimana’ cara dan langkah sistematis mewujudkan platform tersebut.

Negara Indonesia bagaimanakah yang dicita- citakan PKS? Jawabannya jelas dalam tujuan pendirian PKS: ”Tujuan didirikannya PK Sejahtera adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil dan sejahtera yang diridhai Allah SWT dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. PK Sejahtera menyadari pluralitas etnik dan agama masyarakat Indonesia yang mengisi wilayah beribu pulau dan beratus suku yang membentang dari Sabang hingga Merauke”.

‘Masyarakat madani’. Inilah salah satu kata kunci untuk lebih memahami PKS. Apa yang dimaksud PKS dengan ‘masyarakat madani’? Masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong royong menjaga kedaulatan negara.

Pengertian genuine dari masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan konteks masyarakat Indonesia di masa kini yang terikat dalam ukhuwah Islamiyyah (ikatan keislaman), ukhuwah wathaniyyah (ikatan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyyah (ikatan kemanusiaan) dalam bingkai NKRI”.

Dengan platform ini, sekali lagi, jelas, PKS tidaklah bertujuan membentuk ‘negara Islam’ atau yang semacamnya, melainkan bertujuan membentuk masyarakat madani. Jelas pula, masyarakat madani yang diinginkan PKS adalah masyarakat madani yang berbasiskan agama (religious-based civil society); bukanlah masyarakat sipil atau masyarakat kewargaan yang dalam sejumlah wacana tentang civil society tidak memiliki konotasi apalagi hubungan dengan agama. Konsep masyarakat madani yang akhir ini pada dasarnya merupakan teoretisasi dari pengalaman di Eropa Timur dan Amerika Latin.

Dalam konteks penciptaan masyarakat madani itu yang memungkinkan bagi umat beragama untuk melaksanakan ajaran dan menghadirkan syariah Islam yang rahmatan lil alamin, PKS menawarkan gagasan tentang ‘objektivikasi Islam’, atau persisnya ‘objektivikasi nilai-nilai Islam’. Hemat saya, ini adalah sebuah gagasan atau bahkan konsep yang sangat menarik.

Apa yang dimaksud PKS dengan ‘objektivikasi Islam’ tersebut? Dalam perspektif PKS, objektivikasi nilai-nilai Islam adalah proses transposisi konsep atau ideologi dari wilayah personal-subjektif ke ranah publikobjektif; dari ranah internal merambah ke wilayah eksternal, agar bisa diterima secara luas oleh publik. Secara subjektif, setiap Muslim berkeinginan agar syariat Islam diterapkan oleh negara. Namun, keinginan subjektif tersebut agar dapat dimenangkan di wilayah publik mesti memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti: kesesuaian dengan konteks dari segi ruang dan waktu; mempunyai hubungan rasional-organik; memenuhi rule of the game; memenuhi prinsip pluralitas dan kehidupan bersama (non-diskriminatif) dan; resolusi konflik agar konsep dan ide tadi memenuhi prinsip keadilan publik.

AL-HUDNAH/ GENCATAN SENJATA


Asww.
Menlu Palestina: Hamas Berencana Tawarkan Gencatan Senjata
Kamis, 24 April 2008
Menlu Palestina Dr Mahmud Az-Zahar menyampaikan harapannya, gencatan senjata akan menghentikan embargo dan memulihkan keadaan kemanusiaan di Gaza.
Hidayatullah.com--Jika Allah mengizinkan, dalam beberapa hari ke depan, Hamas (Gerakan Perlawanan Islam untuk Palestina) akan mengumumkan tawaran gencatan senjata sementara kepada Zionis Israel di Kairo, Mesir.

Menurut Menteri Luar Negeri Palestina Dr Mahmud Az-Zahar, tujuan gencatan senjata sementara itu adalah untuk menghentikan embargo dan memulihkan keadaan kemanusiaan di Gaza.

Sebelum bertolak ke Mesir pada hari Rabu lalu (23/04), Az-Zahar menyebutkan pentingnya gencatan senjata sementara itu untuk membangun kembali berbagai fasilitas umum yang dihancurkan oleh Zionis Israel, terutama beberapa bulan terakhir ini.

"Gencatan senjata sementara ini," menurutnya, "akan segera diikuti dengan sebuah proyek Islam internasional guna membantu saudara-saudara kita di Gaza. Proyek ini akan melibatkan umat Islam dari seluruh dunia. Ini insya Allah akan menjadi momentum persatuan seperti di Bosnia dulu."

Dr Az-Zahar mengundang seluruh tokoh Muslim dunia untuk memusatkan perhatian mereka guna mengulurkan tangan ke Gaza.

Ia yakin, bahwa umat Islam yang kini jumlahnya terbesar kedua di dunia, jika mau mengulurkan bantuan sedikit saja, jumlah totalnya akan sangat besar.

Ia menyitir hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Kalau ada tiga orang di antara kamu, maka pilihlah seorang menjadi pemimpin."

"Sekarang ini jumlah kita 1 miliar lebih, bukan cuma tiga orang," katanya sambil tersenyum.

Dr Az-Zahar yang pernah menemui Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta tahun 2006 lalu, menyatakan, bahwa dalam berbagai pertemuannya dengan para pemimpin negara Muslim ia selalu mengingatkan beberapa hal.

Pertama, bahayanya membuka hubungan diplomatik dengan Zionis Israel, karena penjajahan dan penindasan yang terus dilakukannya atas bangsa Palestina sampai hari ini.

Kedua, pentingnya menyatukan sikap negara-negara Muslim atas masalah penjajahan Zionis Israel atas Palestina.

Ketiga, pentingnya negara-negara Muslim menyatakan sikap secara simbolik yang mengutuk 60 tahun berdirinya negara Israel bulan Mei mendatang.

"Karena ikut serta atau mendiamkan perayaan itu berarti menyetujui penindasan atas Palestina dan Masjidil Aqsa," ujarnya.

Khusus kepada para pemimpin bangsa Eropa, ia ingin mengingatkan mereka agar tidak termakan propaganda Zionis Israel mengenai umat Islam.

"Sejarah membuktikan," kata Az-Zahar, "ketika di Eropa pada tahun 1290, 1302 dan 1492 umat Yahudi dibantai di berbagai tempat, kekhalifahan Islam dan umat Islam telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi mereka."

Dr Az-Zahar mengatakan, bahwa perlawanan bangsa Palestina terhadap Israel bukan karena mereka beragama Yahudi.

"Hubungan umat Islam dengan umat Yahudi baik-baik saja, sampai berdirinya negara Zionis Israel yang ideologinya mengajarkan pembersihan etnis selain Yahudi dari negeri Palestina. Perlahan tapi pasti."

Dr Mahmud Az-Zahar lahir tahun 1945, adalah salah satu pendiri Hamas (Harakah Muqawwamah Al-Islamiyah) dan tinggal bersama keluarganya di Jalur Gaza.

Dokter ahli bedah lulusan Universitas Ayn Syam, Kairo ini pernah menjadi penasehat menteri kesehatan Palestina semasa pemerintahan Yasser Arafat.

Ia juga adalah salah seorang pendiri utama Universitas Islam di Gaza pada tahun 1978.

Ketika Hamas membentuk pemerintahan yang dipilih oleh 60% rakyat Palestina, Az-Zahar ditunjuk oleh Perdana Menteri Ismail Haniyah sebagai menteri luar negeri.

Dua dari tiga putranya, Khalid dan Wisam, syahid pada bulan Januari lalu akibat serangan tentara Zionis Israel di Gaza. Almarhum Khalid baru saja pulang menyelesaikan studi S-3nya di Inggris.

BEKERJALAH /SUNGGUH AKU JUGA BEKERJA


Asww.

Prestasi
Dalam keseharian, kita sering kali menemukan keluh kesah atau kekecewaan seorang hamba dalam menjalani hidupnya. Di antaranya ketika menghadapi permasalahan di dunia kerja, khususnya di perkantoran.

Di kantor, biasanya terdapat dua posisi atau jabatan yang membedakan ruang lingkup kerja, yaitu seorang pimpinan dan seorang bawahan. Kedua posisi ini masing-masing mempunyai ruang lingkup dan karakter yang berbeda. Sedangkan, kesamaannya adalah keinginan mereka meraih prestasi.

Untuk meraih prestasi, mereka kadangkala lupa akan adanya masalah dalam menjalankan tugasnya yang mengakibatkan kegagalan. Kebanyakan orang menilai sebuah prestasi itu identik dengan hadiah yang nyata, kekayaan yang berlimpah, ditambah tepukan tangan, serta pujian manusia. Jadi, saat mereka menemui kegagalan, pastilah amat kecewa karena mereka merasa sudah bekerja dengan maksimal.

Kadangkala, kita sering terjebak dengan ambisi untuk meraih prestasi atau jabatan sampai melupakan nilai-nilai keislaman dan keimanan kita. Akibatnya, kita lupa akan adanya derajat prestasi (pahala) di mata Allah SWT. Padahal, prestasi di mata Allah melebihi segala-galanya.

Allah berfirman, "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya. Dan, barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia). Tapi, dia tidak akan mendapat bagian di akhirat." (QS Asysyura [42]: 20).

Apalah artinya sebuah prestasi di mata manusia, yang hanya akan mendapatkan keuntungan di dunia semata yang waktunya hanya sesaat. Padahal, kalau kita menginginkan prestasi di mata Allah, niscaya kita akan mendapatkan semuanya, baik dunia maupun akhirat. Karena, hasil pekerjaan kita akan dilihat Allah SWT dan rasulnya serta akan dirasakan oleh orang-orang yang beriman.

Allah berfirman, "Dan, katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya serta orang-orang mukmin. Dan, kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.'' (QS Attaubah [9]: 105). Wallahu a'lam bish-shawab.

22 April 2008

SIRAH NABAWIYAH


Asww.
Sejarah Nabi Muhammad saw

Waktu itu masih era Orde Baru. Para cendekiawan Islam berkumpul di rumah Alwi Shihab. Saya menyampaikan makalah tentang perlunya ijtihad. Saya kutip riwayat dari tarikh Thabari berkenaan dengan kelakuan Khalid bin Walid yang membunuh Malik bin Nuwairah dan menikahi jandanya tanpa iddah. Apa yang dilakukan Khalid itu disebut oleh Abubakar ijtihad dan oleh Umar perzinahan. Salah seorang Kiyai yang hadir di situ bangkit dan marah-marah. Ia menuding saya berdusta. Saya yakinkan dia bahwa saya hanya sekedar mengutip Thabari. Katanya, Thabari itu Syi’ah; padahal kodok pun tahu bahwa Thabari itu Ahli Sunnah (kata kawan saya yang lain sambil bergurau).

Malam itu saya menyadari bahwa paling tidak ada dua versi atau pembacaan sejarah Islam, sesuai dengan mazhabnya. Pada pembacaan kawan saya, kisah sahabat nabi adalah kisah manusia-manusia suci. Mereka adalah umat pilihan yang dijamin masuk surga, generasi terbaik dalam sejarah Islam. Jadi, bila ia membaca riwayat yang menunjukkan perilaku buruk sahabat ia akan menisbahkannya pada pembuat kebohongan. Untuk saya, sahabat Nabi adalah generasi Islam pertama yang berbeda-beda dalam keimanan dan keilmuannya, sesuai dengan pangalaman mereka bersama Nabi saw. Ada sahabat yang menyertai nabi sejak lahir; dan ada sahabat yang bertemu dengan Nabi satu atau dua hari saja. Ada yang cerdas dan ada yang tidak. Ada yang benar memahami Nabi dan ada juga yang tidak.



Masih pada zaman Orde Baru, seorang Kiyai sepuh di Bangil dihujat ulama lainnya. Ia dimaki-maki di mimbar-mimbar jumat dan pengajian. Pasalnya, ia menerbitkan buku dengan judul Rasulullah saw Tidak Bermuka Masam. Kiyai itu menolak cerita umum tentang sahabat buta. Konon, Abdullah bin Ummi Maktum datang menemui Nabi untuk belajar Islam. Nabi sedang berada di tengah-tengah kaum aristokrat Quraisy. Nabi merasa terganggu oleh kehadiran si buta. Ia memalingkan wajahnya sambil bermuka masam. Allah langsung menegurnya: Ia bermuka masam dan berpaling; karena datang kepadanya orang buta (QS 80:1-2). “Ia di situ bukan Nabi saw,” kata Kiyai sepuh itu. Lalu, ia menuturkan kisah Nabi yang tidak pernah berpaling dari kaum miskin. Kalau begitu, siapa “ia” yang dimaksud dalam ayat itu? Tergantung versi cerita yang Anda pilih.

Cerita, kisah, atau dongeng secara ilmiah disebut naratif. Manusia adalah makhluk yang suka bercerita dan membangun hidupnya berdasarkan cerita yang dipercayainya. Kita menerima cerita dan menyampaikan cerita. Tanpa cerita, hidup kita carut marut. Dengan cerita, kita menyusun dan menghimpun pernik-pernik hidup kita yang berserakan. Naratif, kata filusuf Jerman Dilthey, adalah pengorganisasian hidup (Zusammenhang des Lebens). Hidup yang tersusun dalam naratif adalah bios, yang berbeda dengan sekedar hidup biologis saja, atau zoe. Hannah Arendt, pemikir besar abad kedua puluh berkata, “Karakteristik utama kehidupan khas manusia…ialah selalu penuh dengan peristiwa-peristiwa yang pada akhirnya bisa diungkapkan sebagai cerita… Kehidupan seperti inilah, bios, sebagaimana dibedakan dari zoe, yang dimaksud oleh Aristoteles sebagai ‘sejenis tindakan, praxis’’.

Apa pun yang membantu kita memberikan makna –pendapat, aliran pemikiran, mazhab, agama- selau didasarkan pada cerita-cerita besar, grand narratives. Kisah tentang kehidupan Nabi adalah salah satunya. Kita mendengarkan kisah-kisah Nabi dan mencritakannya kepada orang lain. Kita berusaha menjalani kehidupan dan menemui kematian nanti berdasarkan padanya. Begitu besarnya pengaruh naratif –lebih-lebih yang berkenaan dengan Nabi- pada pikiran, perasaan, dan perilaku kita, sehingga kita tidak segan-segan untuk “berperang” melawan siapa pun yang menyampaikan cerita yang tidak kita terima.

Sepanjang sejarah, kaum muslim tidak pernah berhenti untuk mengulang-ulang kisah Nabi. Berbagai karya –prosa dan puisi- telah ditulis tentang Nabi. Berbagai lagu, pertunjukan, acara, ritus dilakukan untuk membacakan kisah Nabi. Yang mengerikan ialah kenyataan bahwa para penguasa –demi kepentingan politiknya- selalu aktif menyebarkan kisah-kisah Nabi dengan kemasan yang dirancangnya. Dalam buku al-Mustafa: Pengantar Studi Kritis Tarikh Nabi saw, saya mengutip pernyataan Syaikh Muhammad Abduh, tokoh pembaharu Islam Abad XX:

“Tidak pernah Islam ditimpa musibah yang lebih besar dari apa yang diada-adakan oleh para pemeluknya dan oleh kebohongan-kebohongan yang dibuat oleh orang-orang ekstrim. Ini telah menimbulkan kerusakan dalam pikiran kaum Muslimin dan prasangka buruk dari non-Islam terhadap tonggak-tonggak agama ini. Dusta telah menyebar berkenaan dengan agama Muhammad sejak abad-abad yang pertama, sudah diketahui sejak zaman para sahabat, bahkan kebohongan sudah tersebar sejak zaman Nabi Saw…

Namun bencana kebohongan yang paling merata menimpa manusia terjadi pada masa pemerintahan Umawiyyah. Banyak sekali tukang-tukang cerita dan sangat sedikit orang-orang yang jujur. Karena itulah, sebagian sahabat yang mulia banyak yang menahan diri untuk tidak meriwayatkan hadis kecuali kepadaorang yang mereka percayai karena kuatir terjadi perubahan pada hadis yang mereka sampaikan… Imam Muslim meriwayatkan dalam mukadimah Shahih-nya ucapan Yahya bin Said al-Qaththan:”Aku tidak pernah melihat orang baik yang lebih pembohong dalam meriwayatkan hadis selain Bani Umayyah.”Lalu menyebarkah keburukan karena dusta.

Dalam perkembangan zaman berkembanglah dusta, makin lama makin berbahaya. Siapa saja yang menelaah mukadimah Imam Muslim, ia akan tahu betapa susah payahnya Muslim untuk menyeleksi hadis dalam penyusunan kitab Shahih-nya. Ia harus bekerja keras untuk menyingkirkan apa yang dimasukkan orang-orang ke dalam agama padahal tidak berasal daripadanya…Orang-orang yang masuk ke dalam Islam itu terbagi kepda beberapa golongan. Pertama, orang-orang yang meyakini agamanya, tunduk kepada ajarannya dan mengambil cahaya daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang tulus. Kedua, kaum yang datang dari berbagai aliran mengambil nama Islam, baik karena ingin memperoleh keuntungan daripadanya atau karena takut akan kekuatan para pemeluknya, atau yang ingin memperoleh kemegahan dengan menisbatkan diri kepadanya. Mereka memakai Islam di luarnya, padahal Islam tidak masuk ke lubuk hatinya. Mereka itulah yang digambarkan Tuhan di dalam Al-Qur’an: Orang-orang Badwi itu berkata;”Kami telah beriman.”Katakanlah (kepada mereka):”Kamu belum berimanm tetapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu… (QS.Al-Hujurat [49]:14).

Ketiga, di antara mereka ada yang berlebih-lebihan dalam melakukan riya sampai orang banyak mengira bahw mereka termasuk orang-orang yang takwa. Jika orang-orang mulai percaya kepadanya, mulailah ia meriwayatkan kepada orang banyak hadis-hadis agamanya yang disandarkan kepada Nabi Saw atau sebagian sahabat. Dari sini muncullah semua berita Israilliyyat, dan komentar-komentar Taurat yang dimasukkan ke dalam kitab-kitab Islam sebagai hadis-hadis nabawi. Di antara mereka ada yang sengaja membuat hadis-hadis palsu yang jika diterima oleh orang-orang yang mempercayainya dapat merusak akhlak, mendorong orang untuk merendahkan syariat dan menimbulkan keputusasaan dalam membela kebenaran; seperti hadis-hadis yang menunjukkan berakhirnya Islam, atau mengharapkan ampunan Allah dengan berpaling dari syariat-Nya, atau berserah diri kepada takdir dengan meninggalkan akalnya. Semua itu dibuat oleh para pendusta untuk menghancurkan kaum Muslimin, memalingkan mereka dari pokok agama mereka , meluluh-lantakkan sistem dan kekuatan mereka

Di antara para pendusta itu ada orang-orang yang menambah-nambah hadis dan memperbanyak pembicaraan sekehendak mereka karena mengharapkan pahala, padahal sebetulnya hanya memperoleh siksa. Itulah orang-orang yang disebutkan oleh Muslim dalam Shahihnya, “Tidak aku lihat orang-orang saleh yang lebih pendusta dari mereka dalam meriwayatkan hadis.” Yang dimaksud dengan “orang-orang saleh” adalah mereka yang memanjangkan jubahnya, merundukkan kepalanya, merendahkan suaranya dan pergi ke masjid pagi dan petang, padahal mereka adalah orang-orang yang secara ruhaniah paling jauh dari masjid yang mereka datangi. Mereka menggerakkan bibir mereka dengan zikir, dan memutar-mutar tasbih di tangan mereka. Tetapi seperti kata Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as., “Mereka menjadikan agama sebagai penutup hati nurani dan pengunci akal pikiran. Mereka adalah orang-orang yang tertipu yang berbuat buruk tapi mengira bahw mereka berbuat baik… Musuh yang pintar lebih baik dari penggemar yang bodoh.”

Para penguasa politik menciptakan naratif Nabi yang sesuai dengan kepentingan politiknya. Para pendusta yang tampak saleh mencemari naratif Nabi dengan imajinasinya. Dongeng-dongeng mereka masuk ke dalam perbendaharaan hadis. Hadis adalah berita tentang perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat –fisik dan mental- yang dinisbahkan kepada Nabi saw. Hadis adalah bahan utama tarikh Nabi. Bila sebagian sumber hadis adalah rekaan para penguasa dan para pendusta, apa yang terjadi pada tarikh Nabi? Kita menemukan naratif Nabi yang tidak menggambarkan kesucian, kemuliaan, dan keagungan Nabi. Bayangkan biografi Anda ditulis oleh musuh-musuh Anda atau para pendusta yang membonceng pada kemuliaan Anda? Kisah-kisah Nabi seperti itu bertebaran pada kitab-kitab hadis dan tarikh. Kaum muslim menerimanya tanpa kritis. Kaum munafik membacanya dengan senang. Peneliti non-Muslim berusaha memahaminya dengan latar belakang kebudayaannya.

Dalam hubungan inilah, Karen Armstrong menulis Muhammad: Prophet for Our Time. Ia punya reputasi baik sebagai pengamat Islam yang sangat simpatik kepada Islam. Dalam banyak tulisannya, ia berusaha keras menunjukkan kesalah-pahaman Barat kepada Islam. Inilah komentar penerbit untuk bukunya yang pertama, Muhammad: A Biography of the Prophet: This vivid and detailed biography strips away centuries of distortion and myth and presents a balanced view of the man whose religion continues to dramatically affect the course of history. Biografi yang hidup dan terperinci ini menghapuskan distorsi dan mitos yang sudah berlangsung berabad-abad dan menyampaikan pandangan seimbang tentang manusia yang agamanya terus-menerus secara dramatis mempengaruhi jalannya sejarah. Dalam buku yang Anda baca sekarang ini, Armstrong juga ingin menampilkan Muhammad sebagai sosok paradigmatik yang datang pada “dunia yang penuh cacat”. “Perjalanan hidupnya”, tulis orang yang mengaku “freelance monotheist” ini, “menyingkapkan kerja Tuhan yang misterius di dunia, dan mengilustrasikan ketundukan sempurna…yang harus dilakukan setiap manusia kepada yang ilahi.”

Walaupun begitu, sebagai penyampai naratif besar, Armstrong yang mantan biarawati ini tidak bisa melepaskan dirinya dari latar belakang kebudayaannya. Sebagai orang yang pernah mengambil doktor dalam kesusatraan Inggris, ia tentu sangat sadar dalam memilih diksi dan kalimat naratifnya, dalam menjalin plot dan tema ceritanya. Semuanya dirancang untuk menarik para pembaca sasarannya, orang-orang Barat. Tengoklah bagaimana ia menceritakan perkawinan Muhammad dengan Ummu Salamah. Mula-mula Ummu Salamah enggan menikah dengan Nabi karena sangat mencintai suaminya yang baru saja syahid. Tetapi ketika Muhammad tersenyum dengan “senyuman yang sangat memikat, yang membuat hampir setiap orang luluh” (hal 210), Ummu Salamah menerima lamarannya. Begitu pula kisah perkawinan Nabi dengan Zainab. Seperti penulis-penulis Barat lainnya, Karen Armstrong menuturkannya seperti kisah percintaan Daud dengan istri Uria dalam Alkitab. Gaya penuturan seperti itu rada sulit dilakukan oleh penulis tarikh yang Muslim.

Pada kisah Ummu Salamah, ia menceritakan kembali apa yang dibacanya dalam buku-buku tarikh orang Islam dengan “bumbu-bumbu penyedap” sekedarnya. Pada kisah Zainab, ia mengutip –malangnya- kisah-kisah dalam hadis-hadis dan kitab-kitab tarikh tanpa sikap kritis. Dalam buku ini, ada banyak kisah seperti kisah Zainab; yakni, naratif Nabi yang tidak menggambarkan kesucian, kemuliaan, dan keagungan Nabi. Kita tidak bisa sepenuhnya menimpakan kesalahan kepada Armstrong. Ia toh hanya mengutip dari sumber-sumber rujukan yang dipercaya oleh orang-orang Islam juga. Kesalahan –mungkin lebih tepat- kelemahan utama Armstrong ialah mengutip dari buku-buku tarikh dalam terjemahan bahasa Inggrisnya. Itu pun terbatas pada sumber-sumber Ahli Sunnah, yang diterimanya tanpa kritik.

Tidak mungkin saya membahas semua kisah itu dalam pengantar ini. Saya memilih dua naratif besar saja: kisah turunnya wahyu pertama dan kisah ayat-ayat setan (gharaniq). Pada kisah wahyu pertama, siapa pun yang mencintai Nabi akan “tersinggung” dengan penuturan berikut ini:

Ketika Muhammad tersadar, dia begitu masygul memikirkan bahwa, setelah semua upaya spiritualnya, dia ternyata dirasuki oleh jinni sehingga dia tak lagi ingin hidup. Dalam keputusasaannya, dia lari dari gua dan mulai mendaki ke puncak gunung untuk melontarkan dirinya hingga mati.(hal 60)

Tapi kisah Nabi yang meragukan kenabiannya, dicekik sampai kehabisan nafas, lari tunggang langgang, diyakinkan oleh isterinya dan para pendeta Kristen adalah naratif yang banyak kita baca dalam sumber-sumber kitab tarikh kita. Saya akan menampilkan naratif lain, sambil masih merujuk pada sumber-sumber yang sama, dengan tambahan kritik.

Kisah ayat-ayat setan juga tidak bisa dilewatkan. Pertama, karena kita sudah memaki Salman Rushdie sampai ke tulang sumsumnya sambil melupakan untuk mengkaji secara kritis sumber-sumber rujukannya. Kedua, karena menerima penuturan Armstrong –sekalipun merujuk sumber-sumber Islam- tentang ayat-ayat setan sekali lagi dapat melucuti kemuliaan dan kesucian Nabi saw. Siapa pun yang mencintai Nabi yang suci dapat berguncang hatinya karena penuturan berikut ini:

Ketika Muhammad membacakan ayat-ayat yang diragukan nafsunyalah yang berbicara –bukan Allah- dan dukungan terhadap dewa-dewi ini terbukti merupakan sebuah kekeliruan. Seperti semua orang Arab lain, dia secara alamiah menisbahkan kesalahannya kepada shaytan. (hal 93).

Karena itu sebelum mengadakan demonstrasi mengutuk Armstrong, sebaiknya kita mengkaji kedua kisah tadi. Kita mulai dengan kisah wahyu pertama. Riwayat Wahyu Pertama.

Riwayat yang sering kita dengar tentang Rasulullah ketika menerima wahyu pertama berasal dari Shahih al-Bukhari, hadis nomor 3.

“ Dari Aisyah, Ummul Mukninin ra, katanya;”Wahyu yang mula-mula turun kepada Rasulullah Saw ialah berupa mimpi baik waktu beliau tidur, Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke Gua Hira. Di situ beliau beribadat beberapa malam, tidak pulang ke rumah istrinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga suatu ketika datang kepadanya Al-Haq (kebenaran atau wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira itu.

Malaikat datang kepadanya, lalu katanya, “Bacalah!”

Jawab Nabi,”Aku tidak pandai membaca.”

Kata Nabi selanjutnya menceritakan,”Aku ditarik dan dipeluknya sehingga aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca.

“Bacalah!”katanya.

Jawabku, “Aku tidak pandai membaca.”

Aku ditarik dan dipeluknya pula sampai aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca,”Bacalah!”

Kujawab,”Aku tidak pandai membaca.”

Aku ditarik dan dipeluknya untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskannya seraya berkata:

“Iqra’bismi rabbikalladzi khalaq.Khalaqal Insana min ‘alaq

Iqra! Wa rabbukal akram

(Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Demi Tuhanmu yang Mulia.)

Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid, lalu berkata,”Selimuti aku! Selimuti aku!”

Lantas diselimuti oleh Khadijah, hingga hilang rasa takutnya.

Kata Nabi Saw kepada Khadijah (Setelah dikabarkannya semua kejadian yang dari dialaminya itu). “Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa).”
Kata Khadijah,”Jangan takut! Demi Allah! Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakan Anda. Anda selalu menghubungkan tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan (mengadakan) barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran.”

Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, yaitu anak paman Khadijah, yang telah memeluk gama Nasrani (Kristen) pada masa jahiliyyah itu. Ia pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani. Maka disalinnya Kitab Injil dari bahasa Ibrani seberapa dikehendaki Allah dapat disalinnya. Usianya telah lanjut dan matanya telah buta.

Kata Khadijah kepada Waraqah,”Hai, anak pamanku! Dengarkanlah kabar dari anak saudara Anda (Muhammad) ini.”

Kata Waraqah kepada Nabi, “Wahai anak saudaraku!Apakah yang telah terjadi atas diri Anda?”

Lalu Rasulullah Saw menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya.

Berkata Waraqah, “Inilah Namus(Malaikat) yang pernas diutus Allah kepada Nabi Musa. Wahai, semoga saya masih hidup ketika itu, yaitu ketika Anda diusir oleh kaum Anda.”

Maka bertanya Rasulullah Saw,”Apakah mereka akan mengusirku?”

Jawab Waraqah,”Ya, betul! Belum pernah seorang jua pun yang diberi wahyu seperti Anda, yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati hari itu, niscaya saya akan menolong Anda sekuat-kuatnya.”

Tidak berapa lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu,”

Hadis ini, dengan beberapa hadis semakna, diriwayatkan oleh Muslim dan kitab-kitab tarikh seperi Tarikh Thabari, Tarikh al-Khamis, Al-Sirah al Nabawiyyah, al-Sirah al-Halabiyayah. Ada beberapa kemusykilan pada riwayat ini, baik dari segi sanad maupun matan.

Pada sanad riwayat itu disebutkan Al-Zuhri, Urwah bin Zubayr, dari Aisyah. Al-Zuhri adalah ulama penguasa yang berkhidmat pada Hisyam bin Abd al-Malik. Ia mengajar anak-anak Hisyam. Ia terkenal sangat membenci Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Pernah ia duduk berdua dengan Urwah di Masjid Madinah dan memaki-maki Ali. Sampailah berita itu kepada Imam al-Sajad. Ia datang menegurnya sambil berkata,”Hai Urwah, ayahku pernah bersengketa dengan ayahmu; ayahku benar dan ayahmu salah. Adapun engkau, hai Zuhri, sekiranya engkau berada di Makkah, akan kutunjukkan gubuk bapakmu.”Kisah Ayat-ayat Setan

Nanti Anda akan membaca kisah ayat-ayat setan versi Armstrong pada hal 92-96 buku ini. Tentu saja ia tidak menerjemahkannya secara harfiah. Ia memasukkan juga gaya penuturannya sendiri, lepas dari naratif awalnya. Di bawah ini saya kutipkan terjemahan saya:

Dari Ibn Jubayr al-Thabari dengan sanad yang dianggapnya sahih, dari Muhammad bin Ka’ab, Muhammad bin Qays, Sa’id bin Jubayr, Ibn ‘Abbas dan lain-lainnya: Nabi saw sedang duduk bersama orang musyrik Quraisy di halaman Ka.bah, di tengah-tengah kumpulan mereka. Terbersit dalam hatinya sekiranya ada sesuatu dari Al-Quran yang dapat mendekatkan dirinya dengan para pemuka kaumnya. Ia merasa prihatin karena dijauhi mereka. Ia berharap berbaikan dengan mereka lagi betapa pun beratnya. Tiba-tiba turun kepadanya surat Al-Najm. Maka ia pun membacanya. Ketika sampai pada ayat: Tidakkah kamu Al-Lata, al-‘Uzza, dan Manat yang ketiga yang lainnya (QS 53:19-20, Setan membisikkan kepadanya: Itulah burung-burung Gharaniq yang mulia. Sesungguhnya syafaatnya benar-benar diharapkan. Ia mengiranya wahyu. Ia membacanya di hadapan tetua Quraisy. Kemudian ia meneruskan bacaannya sampai selesai surat. Setelah selesai, ia bersujud. Bersujudlah kaum muslim. Bersujud juga kaum musyrik untuk menghormati persetujuan Muhammad untuk memuliakan Tuhan-tuhan mereka dan mengharapkan syafaatnya.

Menyebarlah berita itu sehingga sampai kepada kaum muslim yang hijrah ke Habsyi. Mereka pun kembali ke negeri mereka Makkah, berbahagia dengan perdamaian yang mendadak ini. Nabi juga bergembira karena tercapai cita-citanya untuk mendamaikan umatnya. Diriwayatkan bahwa setan putihlah yang datang kepada Nabi dalam bentuk malaikat Jibril dan menyampaikan dua kalimat tadi. Diriwayatkan juga bahwa Nabi saw sedang salat di Maqam Ibrahin. Tiba-tiba ia diserang kantuk. Keluarlah dari lidahnya dua kalimat tadi tanpa terasa. Diriwayatkan pula bahwa Nabi saw berbicara dari dalam hatinya sendiri, karena keinginannya untuk merebut hati kaum musyrik. Setelah itu, ia menyesali perbuatannya karena berdusta atas nama Allah. Diriwayatkan lagi bahwa setanlah yang memaksa Nabi untuk mengucapkan dua kalimat itu.

Ketika malam tiba, Jibril datang kepadanya. Ia berkata: Bacakan kepadaku surat itu. Nabi saw membacanya dan ketika sampai pada dua kalimat itu, Jibrail berkata: Wah darimana dua kalimat itu. Rasulullah saw menyesal. Jibril berkata: Engkau berdusta kepada Allah. Engkau mengucapkan atas nama Allah apa yang tidak Dia ucapkan? Nabi bersedih luar biasa. Ia takut kepada Allah dengan ketakutan yang bukan main.

Diriwayatkan Nabi saw membantah Jibril: Ada orang yang datang padaku dalam bentukmu dan memasukkannya pada lidahku. Jibril berkata: Aku mohon perlindungan kepada Allah aku akan mengucapkan dua kalimat itu. Rasulullah saw merasa sangat galau. Lalu turunlah ayat:Tujuan mereka ialah memalingkan kamu dari apa yang telah Kami turunkan kepadamu agar kamu menggantikan atas namaKu dengan sesuatu yang lain. Dengan begitu mereka dapat mengambilmu sebagai sahabat. Sekiranya tidak Kami teguhkan kamu, pastilah kamu akan cenderungkepada mereka sedikit. Jika begitu, Kami akan menimpakan kepadamu dua kali hukuman, hukuman pada waktu hidup dan hukuman pada waktu mati. Kemudian kamu tidak akan mendaptkan penolong bagimu untuk melawan Kami (QS 17:73-75).

Dengan menggunakan ilmu-ilmu hadis, kita yakin bahwa riwayat di atas memang dibuat-buat (mawdhu’, mukhtalaq). Pertama, sanad hadis ini terputus sampai kepada tabi’in, pengikut sahabat. Artinya, silsilah hadis ini tidak sampai kepada sahabat yang menyaksikan kejadian itu. Ada juga yang menunjuk kepada Ibnu ‘Abbas. Ibnu Abbas lahir tiga tahun sebelum hijrah, sedangkan peristiwa ini terjadi pada awal-awal kenabian. Dengan demikian, hadis ini disebut mursal dan tidak boleh dipercayai. Anehnya, Ibnu Hajar mengecam orang yang tidak mau menerima riwayat ini. Ia berargumentasi walau hadis ini lemah, karena diriwayatkan banyak orang ia dapat dijadikan petunjuk! Dalam tempat lain, ia sendiri berkata: Semua jalan (thuruq) hadis ini –kecuali yang lewat Ibn Zubayr- dha’if atau munqathi’.

Ahmad bin al-Husayn al-Baihaqi, salah seorang ulama besar Syafi’i berkata: Hadis ini dari segi penyampaian tidak kokoh (benar) dan para periwayatnya tercela. Abu Bakar ibn Arabi berkata: Semua yang diriwayatkan Thabari berkenaan dengan riwayat itu batal tidak ada asal-usulnya. Al-Fakhr al-Razi dalam tafsirnnya memberikan komentar: Inilah riwayat yang popular di kalangan mufasir. Tetapi para peneliti yakin bahwa hadis ini bathilah mawdhu’ah (batil dan dibuat-buat). Mereka menentangnya baik secara aqli maupun naqli.

KONSULTASI FIKIH


Asww.

Pertanyaan:

apakah shalat hajat itu ada haditsnya?jika tidak ada bagaimana hukum melaksanakannya...


Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d,

Menghukumi sebuah amal sebagai bidah atau sunnah harus disertai dengan dalil yang kuat. Dalam hal ini, meski nama shalat hajat tersebut tidak dikenal pada masa Rasulullah saw. dan sahabat, namun itu bukan berarti tidak ada. Nama shalat tahiyyatul masjid juga tidak ada pada masa Rasul saw, namun ia dicontohkan dan diperintahkan. Terkait dengan shalat hajat terdapat sebuah riwayat yang mengarah pada keberadaan shalat tersebut. yaitu sebagai berikut:

Dari Abi Darda` bahwa nabi SAW bersabda,"Siapa yang berwudhu` dan menyempurnakannya lalu shalat dua rakaat secara sempurna, maka Allah akan memberinya apa yang dia minta baik cepat maupun lambat". (HR. Ahmad dengan sanad Shahih)

Wallahu A`lam Bish-Showab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

21 April 2008

KONSULTASI FIKIH


Asww.
Apa beda Madzi dengan Sperma?

ustadz yang saya hormati saya ingin bertanya, saya pernah bermimpi melihat aurat wanita dan kemudian saya mengeluarkan cairan, sedangkan saya tidak bermimpi melakukan hubungan intim. cairan yang saya keluarkan itu apa jenisnya? apakah saya harus mandi wajib

Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb.
Semoga Allah mencurahkan hidayah-Nya kepada kita semua.
Kemampuan untuk membedakan antara mani dan madzi sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan thaharah kita.
Mani dan madzi dapat dibedakan sebagai berikut:

Madzi biasanya keluar di saat syahwat mulai terangsang. Ia biasanya keluar secara tanpa terasa, dan dengan cairan yang agak bening.
Sementara mani saat keluar terasa nikmat, cairannya bercampur lendir, dan agak keruh.

Karena itu, jika ketika bermimpi atau melihat gambar atau pemandangan yang merangsang lalu mengeluarkan cairan bening yang tidak terasa dan tidak disertai perasaan nikmat, cairan tersebut adalah madzi. Namun, jika disertai perasaan nikmat, ia adalah mani.

Jika yang keluar madzi, maka setelah madzi itu dibersihkan dengan air cara bersucinya cukup dengan berwudhu. Namun, jika yang keluar mani, maka harus mandi.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb.


18 April 2008

ILMU \ PENGETAHUAN


Asww.


Dibandingkan pengurangan, penambahan, dan pengalian, pembagian merupakan hal yang paling sulit dilakukan. Pembagian yang dimaksud di sini bukan seperti pada pelajaran berhitung di sekolah, melainkan pada kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial. Secara alami, manusia memiliki naluri untuk berbagi. Berbagi cerita adalah contoh mudahnya. Lain lagi jika itu adalah kekayaan, karena manusia cenderung pelit. Alasannya, tidak lain, karena khawatir kekayaan itu akan berkurang jumlahnya.

Dua macam kekayaan yang terdapat pada diri manusia mencakup kekayaan materiil dan kekayaan intelektual. Tentang berbagi kekayaan materi, Allah mewajibkan kaum Muslimin berderma dan berinfak kepada sesama. ''Dan, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hartamu yang Dia telah jadikan kamu penguasanya (amanah). Maka, orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.'' (QS Alhadid [57]: 7).

Bahkan, untuk urusan yang penting bagi kehidupan manusia, misalnya makan, kita diperintahkan untuk berbagi. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda, ''Makanan untuk dua orang, cukup untuk tiga orang. Makanan tiga orang, cukup untuk empat orang." (Hadis Mutafaq 'Alaih).

Sementara itu, kekayaan intelektual (baca: ilmu) merupakan sesuatu yang lebih berharga dibanding kekayaan materiil. Kekayaan intelektual ini mencakup seluruh ilmu, baik ilmu yang diperlukan untuk mencapai kemaslahatan di dunia (ilmu umum) maupun ilmu yang mengatur cara-cara penghambaan kepada Allah (ilmu syariat).

Tentang berbagi ilmu ini, Allah telah memerintahkan kaum Muslimin untuk melaksanakannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.'' (HR Al Bukhari dari Utsman bin Affan RA).

Tentu saja, berbagi ilmu sesuai dengan kemampuan tidak lepas dari aktivitas menuntut ilmu. Sehingga, berbagi ilmu yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, Allah memerintahkan kita semua untuk menuntut ilmu.

Jelas sekali bahwa berbagi termasuk yang diperintahkan Allah kepada kita semua. Memang, tidak mudah melakukannya apalagi ketika diri sendiri ditimpa kekurangan. Namun, Allah telah memberikan jaminan bertambahnya harta ataupun ilmu yang kita bagi itu dengan sesuatu yang terkadang tidak dapat diduga-duga. Inilah yang sering kali tidak diyakini oleh banyak orang.Wallahua'lam bissawab.

17 April 2008

MASALAH SEKITAR FIQIH


Asww.

Konsultasi : Ibadah
Shalat Jum'at Dengan satu dan dua kali Azan

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr. wb.

Pak Ustad,
Di lingkungan perumahan tempat tinggal kami sedikit ada perselisihan mengenai tatacara shalat Jum'at, yaitu satu pihak mengehendaki satu kali adzan dan pihak lain menghendaki dengan 2 kali adzan.
Mohon diberi pencerahannya, apa yang mendasari keduanya itu dan mana yang lebih sesuai dengan syariatnya.
Mengingat kedua pihak yang berselisih itu, nampaknya masing2 hanya berdasarkan kebiasaan yang selama ini sudah diikutinya.
Sekedar tambahan Masjid yang ada ini baru dipakai.

Terima kasih untuk pencerahannya.
Wassalam
Hamami

Hamami

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba'du.

Azan jumat di masa Rasulullah SAW, Abu Bakar ra dan Umar bin Al-Khatab ra memang hanya sekali saja. Barulah di masa khalifah Ustman bin Affan azan itu menjadi dua kali. Azan yang ditambahkan itu sering disebut dengan azan pertama dilakukan untuk mengingatkan orang-orang bahwa sudah hampir masuk waktunya untuk segera meninggalkan kesibukan perdagangan.

Menurut riwayat, azan yang petama itu dilakukan di pasar, yaitu tempat yang disebut dengan Az-Zaura`. Ada yang mengatakan bahwa Az-Zuara` itu berbentuk tempat atau bangunan yang tinggi seperti menara.

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang menceritakan hal ini.


Rasulullah SAW hanya punya seorang muazzin, bila beliau keluar (naik mimbar) dia berazan dan bila Rasulullah SAW turun dari mimbar dia berqomat. Demikian juga yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar. Ketika masa Utsman dan manusia semakin banyak, beliau menambhakan dengan panggilan yang ketiga di sebuah rumah di pasar yang disebut Az-Zaura`. (HR. Bukhari)


Al-Mawardi salah seorang ulama mazhab Syafi`i menyebutkan bahwa azan tambahan itu sifatnya muhdats / baru. Dilakukan oleh Utsman bin Affan ra dengan tujuan mengingatkan manusia untuk hadir shalat jumat ketika Kota Madinah bertambah luas dan penduduknya bertambah banyak.

Ibnu `Arabi berkata bahwa sebenarnya dahulu Imar bin Al-Khattab ra pun pernah melakukan hal yang sama, hanya saja bentuknya bukan azan melainkan seruan biasa di pasar-pasar. Azan baru dilakuan di masjid saat mereka sudah berkumpul. Kemudian menjadi azan dua kali di masjid.

Wassalam

16 April 2008

BERTEMAN


Kamis, 17 April 2008

Asww.

Pertemanan adalah bagian dari kehidupan manusia. Lingkungan yang sangat mempengaruhi cara manusia mengisi hidupnya, ditentukan oleh siapa dan bagaimana orang-orang yang senantiasa menemaninya setiap saat. Bisa dipastikan, kebahagiaan akan dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki teman dan sahabat yang baik.

Rasulullah SAW membuat dua ilustrasi untuk menggambarkan teman yang saleh dan yang buruk. Beliau bersabda, ''Perumpamaan teman yang saleh dan teman yang buruk seperti pedagang parfum dan pandai besi. Seorang pedagang parfum, kalaupun ia tidak memberimu parfum atau kamu membeli darinya, kamu akan mendapatkan bau yang harum. Sedangkan seorang pandai besi, kalaupun bajumu tidak terbakar, kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Ada dua sifat yang dimiliki oleh teman yang baik. Pertama, akal yang baik. Seorang sahabat yang pintar akan dengan mudah menjadi teman yang baik karena ia mampu memahami hak-hak sahabatnya dengan cepat. Dengan akalnya, seorang teman bisa lebih kreatif menciptakan keakraban, kedekatan, dan cinta.

Kedua, agama yang baik. Teman yang taat menjalankan agamanya tidak hanya akan membuat seseorang mampu menghindari perbuatan buruk dan maksiat, namun juga mampu memotivasinya untuk beramal baik. Bahkan, kehadirannya bisa lebih baik dari manusia dalam kesendiriannya. Karena jiwa manusia kerap ditemani hawa nafsu dan setan.

Betapa sering baginda Rasulullah mengingatkan umatnya agar bersahabat dengan orang yang baik agamanya. Beliau bersabda, ''Seseorang itu tergantung agama sahabat dekatnya, maka lihatlah siapa yang menjadi sahabat dekatnya.'' (HR Ahmad).

Sufyan ibn Uyainah berkata, ''Lihatlah penguasa zalim Firaun, sahabatnya Haman orang yang jahat. Alhajjaj ibn Yusuf, seorang pemimpin yang zalim, sahabatnya Yazid ibn Abi Muslim, orang yang lebih buruk darinya.

Sebaliknya, lihatlah pemimpin yang baik seperti Sulaiman ibn Abdulmalik, yang selalu menemaninya adalah Raja ibn Hawaih, seorang ulama yang utama, maka ia selalu meluruskan dan menguatkannya.''

Teman yang baik adalah harta yang sangat mahal, karunia dan nikmat yang melebihi apa pun yang manusia miliki berupa materi. Kehadirannya menyenangkan hati, menenangkan jiwa, menggelorakan semangat, menyegarkan pikiran, dan membuat hidup lebih bermakna. Karena, perilaku baik yang kerap muncul dari setiap tindak tanduknya serta mutiara nasihat yang sering tertutur dari ucapannya

13 April 2008

AL-HIKMAH


Asww.
Kekerabatan


Pada suatu ketika, ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW dan menceritakan keadaannya. ''Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku terus menyambung tali silaturahim dengan mereka, namun mereka memutusnya. Aku selalu berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka selalu berbuat jahat kepadaku.

Dan, aku senantiasa bersabar terhadap mereka, akan tetapi mereka senantiasa menggangguku.'' Mendengar ceritanya, Rasulullah SAW berkata, ''Jika demikian halnya, berarti engkau seakan-akan menyuapi mereka dengan pasir yang panas. Engkau akan senantiasa mendapatkan bantuan dari Allah dalam menghadapi mereka selama engkau tetap demikian, seperti yang engkau ucapkan.'' (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Keharmonisan antarkerabat, terutama kerabat dekat, adalah di antara yang ditekankan ajaran Islam. Dengan tetangga yang tidak memiliki hubungan keluarga (nasab) saja diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk dijaga, apalagi dengan kerabat. Sekuat mungkin hubungan kekerabatan harus dijaga, bahkan meski salah satu kerabat itu berbuat buruk dan memutuskan tali kekerabatan.

Sayangnya, tidak sedikit hubungan kekerabatan putus hanya karena masalah sepele. Celakanya, masalah tidak berhenti di situ saja, tetapi berlanjut dengan kebencian dan dendam dari masing-masing pihak yang membuat situasi makin buruk. Suatu hal yang sebetulnya bisa dihindari jika masing-masing berlapang dada dan sabar serta membuang jauh-jauh sikap keras kepala dan egoismenya.

Pada hadis di atas, Rasulullah SAW secara tegas memberikan pengarahan kepada orang yang tetap menyambung silaturahim terhadap kerabatnya yang sering kali, bahkan terus-menerus, mengganggunya bahwa ia akan dibantu oleh Allah SWT. Artinya, orang itu sudah berada di jalan yang benar, yakni tidak membalas gangguan dan pemutusan sepihak tali kekerabatan dengan hal yang sama atau lebih buruk. Justru, ia diimbau untuk berbuat baik kepada kerabat yang berbuat jahat kepadanya.

Allah SWT berfirman, ''Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Sehingga, orang-orang yang bermusuhan di antaramu kamu dan dia akan seperti teman yang setia.'' (QS Fushilat [41}: 34). Sikap yang baik bisa meluluhkan hati seseorang yang sedang kalap. Seseorang yang memutuskan tali kekerabatan bisa berubah pikiran jika dihadapi dengan perbuatan baik terhadap mereka. Wallahu a'lam.

10 April 2008

ARRASYI/ SUAP MENYUAP


ASWW.
Repblk.
Kamis, 10 April 2008

Anggota DPR Tersangka Suap

Jumlah uang yang diduga untuk penyuapan mencapai Rp 3 miliar.


JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR, Al Amin Nur Nasution; dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kab Bintan, Kepulauan Riau, Azirwan; ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (9/4) malam. Keduanya tertangkap tangan oleh KPK terkait dugaan suap. ''Mereka sedang diperiksa sebagai tersangka. Penyidik merekomendasikan untuk ditahan,'' kata Ketua KPK, Antasari Azhar, kemarin.

Ditahan di mana, Antasari tak menyebutkan. ''Soal penahanan akan ditentukan penyidik,'' jelasnya. Amin dan Azirwan ditangkap KPK di salah satu ruangan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, kemarin sekitar pukul 02.00 WIB, dengan dugaan penyuapan dalam kasus alih fungsi hutan lindung menjadi hutan tanaman industri. Barang bukti berupa uang Rp 71 juta, kata Antasari saat jumpa pers, kemarin siang, diduga merupakan gratifikasi atau suap oleh Azirwan kepada suami pedangdut Kristina itu.

Uang Rp 71 juta tersebut terbagi dua, Rp 4 juta ditemukan di ruangan Amin ditangkap, Rp 67 juta di mobil Amin yang diparkir di hotel itu. Selain keduanya, ungkap Antasari, ditangkap pula sopir Azirwan, sekretaris Amin bernama Arya, dan seorang wanita muda bernama Eiffel yang belum jelas pekerjaannya. Kemarin petang, tiga orang itu dilepaskan KPK.

Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan, M Jasin, mengakui uang yang didapatkan tak berjumlah signifikan. Namun, dalam penyelidikan, nilai yang terindikasi suap jauh lebih besar.

''Si AN (Azirwan--Red) menjanjikan Rp 3 miliar diterima A (Amin--Red). Yang menyuap Sekda agar memperlancar proses pengalihan status hutan lindung di Bintan,'' ungkapnya.

Bisa kena sanksi
Sekjen DPP PPP, Irgan Chairul Mahfiz, mengatakan, Amin dapat dijatuhi sanksi sesuai AD/ART partai jika terbukti bersalah. Meski mendukung langkah KPK, Irgan berharap penanganan Amin berdasarkan asas praduga tak bersalah.

Kemungkinan pengenaan sanksi kepada Amin, juga dikatakan Ketua Fraksi PPP di DPR, Lukman Hakim Saifuddin. ''Tapi, sekarang ini belum jelas, dan kita masih menunggu perkembangan proses hukum. Yang pasti, kita mendukung upaya KPK ini,'' tegas Lukman.

Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR, Gayus Lumbuun, mengatakan, hari ini pihaknya akan bertemu dengan KPK guna menanyakan seluruh proses penangkapan Amin. ''Sanksi akan dijatuhkan sesuai ketentuan yang ada di DPR.''

Sementara itu, Wakil Bupati Kab Bintan, Mastur Taher, belum bisa berkomentar atas tertangkapnya Azirwan. Dia beralasan kesulitan menghubungi Sekda maupun Bupati Kab Bintan. ''Saya benar-benar tidak tahu soal itu,'' katanya.

Sekretaris Komisi II DPRD Kab Bintan, Horas Tobing, mengungkapkan, semestinya Azirman yang juga menjabat sebagai koordinator pembangunan di pusat pemerintah Bintan hadir dalam rapat yang digelar Pansus Raperda Proyek Tahun Jamak. ''Sehari sebelumnya dia (Azirwan) sudah pamit. Dia tidak bisa hadir karena ada pertemuan dengan Komisi IV DPR,'' kata Horas.

Mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Syafii Maarif, menilai, kasus ini merupakan titik kecil dari kebobrokan bangsa. ''Ini adalah puncak gunung es. Bisul bangsa ini sudah terlalu banyak

09 April 2008

ASHABUL YAMIN/ GOLONGAN KANAN


ASWW

Jalan Mendaki

''Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.'' (QS Al-Waqi'ah [56]: 27).

Di hari kiamat kelak, manusia terbagi menjadi dua golongan besar. Golongan kanan (ashabul yamin) dan golongan kiri (ashabusy syimal). Setiap golongan akan memeroleh balasan apa yang telah diusahakannya ketika di dunia.

Golongan kanan akan berada di surga. Di antara pohon bidara yang tidak berduri. Di dalam naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah. Di antara buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya. Itulah, antara lain, gambaran kenikmatan yang akan diperoleh golongan kanan.

Allah menggambarkan jalan terjal lagi sulit ini dalam surat Albalad (90) ayat 11-12. ''Maka, tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?'' Ayat selanjutnya menjelaskan jalan mendaki itu adalah membebaskan budak, memberi makan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir.

Jalan inilah yang telah ditempuh oleh sahabat Nabi, Abdurrahman bin 'Auf. Saudagar sukses di era Rasulullah SAW ini menggunakan hartanya di jalan Allah. Hartanya ia manfaatkan untuk perjuangan Islam dan kepentingan umat. Dalam suatu riwayat, ia pernah menjual tanah seharga 40 ribu dinar. Semua uang hasil penjualan itu ia bagikan kepada keluarganya dari Bani Zuhrah, para istri Nabi, dan kaum fakir miskin. Tak sedinar pun ia genggam untuk dirinya.

Di lain kesempatan Abdurrahman menyerahkan 1.500 ekor kuda untuk perlengkapan pasukan Islam. Namun, perniagaannya terus berkembang. Menjelang wafatnya ia membagikan 50 ribu dinar kepada para sahabat yang ikut Perang Badar. Setiap orang memeroleh 400 dinar termasuk Utsman bin Affan yang tergolong kaya. Saat menerima pembagian itu Utsman berkata, ''Harta Abdurrahman bin 'Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa keselamatan dan keberkahan.''

Orang-orang seperti Abdurrahman bin 'Auf tidak pernah lupa firman Allah, ''Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah kemudian mereka tidak mengiringi apa yang telah dinafkahkan itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memeroleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.'' (QS Al-Baqarah [2]: 262).

08 April 2008

KONSULTASI FIKIH


Melihat Aurat karena darurat

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb,

Ustadz, saya mempunyai Bapak angkat yang sekarang ini sudah tua dan dalam keadaan sakit dimana hampir disemua kegiatannya perlu bantuan, termasuk memandikan ataupun membersihkan jika beliau selesai membuang hajat. Yang ingin saya tanyakan terlaknatkah saya, karena telah melihat aurat orang lain. Karna saya pernah membaca disitus ini : Rasullullah bersabda: "Allah SWT melaknat orang yang melihat aurat orang lain dan orang yang memperlihatkan auratnya:

Perlu diketahui saya adalah anak perempuan dan orangtua angkat saya itu adalah adik kandung ayah saya.

Selain itu karena saya sudah berkeluarga mempunyai 2 anak dan wanita bekerja, jadi lebih banyak pekerjaan merawat orang tua, saya serahkan pada pembantu dimana pembantu itu juga wanita. Berdosa dan terlaknat 2 x kah saya? Mohon kiranya Ustadz dapat menjelaskan bagaimana sebaiknya. Terima kasih.

Wassalam,

Tini

Jawaban:

assalamualaikum wr.wb

segala puja dan syukur kepada Allah Swt dan shalawat salam untuk RasulNya.

pada prinsipnya melihat aurat atau menampakkan aurat adalah dilarang. Nabi Saw melarang seseorang dari memandang aurat orang lain, meskipun antara sesama lelaki atau sesama perempuan, baik dengan disertai nafsu atau tidak. dalam sabdanya:

لا ينظر الرجل إلى عورة الرجل ولا تنظر المرأة إلى عورة المرأة ولا يفضي الرجل إلى الرجل في الثوب الواحد ولا المرأة غلى المرأة في الثوب الواحد (أخرجه مسلم وأبو داود والترمذي)
artinya: janganlah seorang laki-laki memandang aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang perempuan memandang aurat perempuan lain, janganlah laki-laki masuk dalam satu selimut dengan laki-laki lain dan janganlah pula perempuan masuk dalam satu selimut dengan perempuan lain (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).



aurat laki-laki yang tidak boleh dilihat baik oleh laki-laki maupun perempuan adalah antara pusar dan lutut, meskipun sebagian ulama' seperti Ibnu Hazm dan sebagian Malikiyah berpendapat bahwa paha bukan termasuk aurat laki-laki. adapun aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. aurat yang dilarang untuk dilihat itu juga dilarang untuk disentuh dengan tangan atau dengan bagian tubuh lainnya.



larangan melihat aurat dan menyentuhnya adalah ketika dalam keadaan normal, bukan dalam keadaan darurat (terpaksa) atau keperluan mendadak. apabila alasan darurat itu terjadi, seperti dalam emergency atau pengobatan, atau yang lainnya yang masuk dalam katagori darurat, ia tidaklah haram, selama aman dari fitnah.



dalam kasus yang penanya sampaikan, jika Bapak angkat (lebih tepatnya Bapak/orang tua asuh) memang keadaannya tidak memungkinkan lagi untuk menjalankan aktivitasnya kecuali dengan pertolongan orang lain, karena sakit, maka ia masuk dalam katagori darurat, dan ia masuk dalam katagori yang tidak diharamkan, dengan tetap menjaga kehormatannya dan aman dari fitnah. dalam kaidah ushul fiqih dikatakan: ad-dharuratu tubihul mahdhurat (sesuatu yang darurat bisa membolehkan yang terlarang). kaidah ini terambil dari kandungan ayat yang berbicara mengenai makanan yang diharamkan (bangkai, babi, darah dan binatang yang disembelih tidak dengan nama Allah), dimana makanan itu dihalalkan bagi orang yang dalam keadaan darurat. dan arti darurat sendiri adalah suatu keadaan dimana apabila seseorang tidak melakukan sesuatu yang haram itu akan mengakibatkan dirinya pada keburukan (mati atau yang mendekati itu).

mungkin yang perlu dipertimbangkan lagi adalah untuk meminimalisir tingkat negatif, kalau ada laki-laki yang menggantikan posisi pembantu atau anak asuh, mungkin itu lebih baik. meskipun pada prinsipnya laki-laki juga tidak boleh melihat atau menyentuh aurat laki-laki lain, akan tetapi mungkin itu lebih selamat dibandingkan lawan jenisnya. wallahu a'lam