06 May 2010

SEKOLAH


Siswa-siswa di sekolah Gulen umumnya terpisah. Pakaian seragam adalah sesuatu yang wajib dikenakan. Di sekolah anak-anak perempuan di Almaty, siswanya diperiksa sedikit lebih lama daripada rekan-rekan mereka di sekolah yang lain. Tak boleh ada Makeup di wajah mereka, dan tentu saja, roknya harus panjang.

Mereka semua rata-rata sangat rapi. Anak lelakinya tidak ada yang merokok. Mereka semua ingin menjadi insinyur dan dokter dengan perkataan yang standar"saya ingin berguna untuk negara saya." Sekilas mereka mirip dengan sekolah Krsiten, namun satu hal yang membedakan mereka adalah, mereka tidak minum bir. Simak perkataan Nazerkem Idibayeva, 16 tahun, "Saya rasa saya tidak akan pernah minum bir untuk bersenang-senang."

Peraturan sekolah sangat ketat. Setiap menit sangat terstruktur. Asrama adalah wajib dan setiap siswa hidup dengan yang siswa yang lebih tua yang bertindak sebagai orang kepercayaan dan mentor. Metode ini awalnya jelas berasal dari Turki. Temsil, atau memimpin dengan contoh, adalah kunci, paling tidak karena dakwah di sebagian besar negara-negara Asia Tengah, dilarang.

"Aanak-anak disosialisasikan ke dalam cara hidup Muslim," kata Berna Turam, seorang sosiolog di Northeastern University yang telah menghabiskan sepuluh tahun mempelajari gerakan Gulen. "Selalu ada doktrin alam semesta yang sangat religius dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler. Itu yang membuat sekolah ini seperti sekolah Katolik."

Sekolah-sekolah Gulen juga giat mengenalkan Turki. Mereka semua mengajarkan bahasa Turki, dan Istanbul menempati tempat pertama sebagai aspirasi dalam imajinasi siswa bahwa New York hanya sebuah tempat lain di dunia. Tidak seperti Turki sendiri yang sangat-Barat, nilai-nilai Islam sangat terasa di sekolah Gulen.

"Di bawah kekuasaan Rusia, kita lupa tradisi dan nilai-nilai," kata Dana Arystanbekova, 33, yang menjalankan sebuah perusahaan konstruksi besar di Almaty dan baru-baru ini mendaftarkan putrinya, Dinara di sekolah anak-anak perempuan. "Sekolah-sekolah Gulen memiliki tingkat pendidikan yang sangat tinggi, mengajarkan bahasa Inggris, namun juga mengajarkan bahasa Turki, nilai-nilai Islam, sopan santun, dan tarbiyah."

Berikut ini adalah cara Gulen, Inc bekerja: pada tahun 1991 Gulen mengumpulkan beberapa lusin pengusaha dari kota Turki yang berbeda, dan kepada mereka, ia mempercayakan sebuah kota lain di Asia Tengah. Pria dari kota barat Adapazari mendapatkan Bishkek, salah satu dari Izmir mengelola Almaty. Setiap delegasi harus tinggal di sana dan mendirikan usaha yang mengimpor makanan atau tekstil atau TV. Kelompok ini mengambil keuntungan dari kekosongan infrastruktur yang diciptakan oleh runtuhnya Soviet dan membangun hubungan dengan pejabat.

Akhirnya mereka hampir pasti akan selalu mendapatkan bangunan kosong atau ruang kelas. "Mutualisme," kata Sel, seorang guru sains. "Sekolah dan bisnis saling memberi satu sama lain."

Setiap program di setiap negara sepenuhnya otonom, namun tetap berafiliasi ke Turki. Meskipun hanya menempuh perjalanan mobil dua jam misalnya, administrator di Kazakhstan dan Kyrgyzstan hampir tidak mengenal satu sama lain.

Lantas seperti apa tanggapan orang-orang terhadap sekolah Gulen? "Saya tidak tahu siapa orang-orang ini," kata Karademir. "Saya bukan orang yang religious, tapi saya mengagumi pekerjaan yang mereka lakukan. Saya piker, saya tidak akan datang ke sebuah tempat yang mirip neraka, tapi mereka melakukannya. Kami menyadari itu dan dan kami bersyukur."

Namun pada akhirnya, gerakan ini seperti memiliki dua muka. Mendorong luar negeri, terutama di bawah rezim-rezim sekuler, para aktivisnya menjadi lebih toleran. Yang pasti, orang-orang muda yang menjalankan gerakan ini mematuhi aturan dengan ketat.

Di Turki, gerakan ini dianggap picik, dan dicurigai mempunyai agenda politik yang misterius. "Pada satu fase, Anda memiliki aktivitas dalam pendidikan, dan sulit untuk tidak terkesan oleh hal itu," ujar King, seorang dosen di College Park. "Dan selalu ada unsur politik, yang tampaknya mencurigakan, tertutup dan tidak ada yang benar-benar tahu apa yang mereka sampaikan."

Gulen mengatakan dia menentang teokrasi, namun para pendukungnya menunjukkan bahwa mereka menginginkan ruang yang lebih bagi Islam dalam kehidupan publik

No comments: