16 May 2009
BerinteraksiAlquran
Asww.
Strategi Dalam Berinteraksi Dengan Al-Quran
Saat pembaca ingin berinteraksi dengan Al-Quran maka hendaknya ia harus mengatur lebih dahulu strategi dan membuat rancangan yang jelas, apa strategi utama yang harus dilakukannya ? dari mana memulainya ? apa saja permulaan dan akhir dari kerja tersebut ?
Dan tentunya, pada saat mengatur strategi tersebut hendaknya dilakukan dengan sistematis, teratur, seimbang dan bertahap. Adapun diantara langkah yang mesti dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah pertama :
Hendaknya terlebih dahulu menghadirkan suasana imani dan membuat kondisi keimanan dengan prima agar dapat menyertai dalam memahami dan mentadabburkan Al-Quran, menghadirkan anugrah dan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya yaitu dengan memperhatikan adab-adab tilawah seperti yang telah disebutkan pada awal tulisan ini.
Langkah kedua :
Hendaknya pembaca terlebih dahulu menerima dengan sepenuh hati kehadiran Al-Quran di dalam jiwanya dan membaca ayat-ayatnya dengan tartil dan penuh khidmat, sehingga seakan dirinya memulai dan hidup selalu berada di bawah naungan Al-Qur’an, merengkuh nilai-nilai, hakekat, ketentuan dan sentuhan-sentuhannya, berkomunikasi dengan seluruh jiwanya kepada Al-Quran. Sehingga dengan demikian dirinya akan mendapatkan hasil yang besar, kenikmatan yang berlimpah dan harta yang berharga.
Langkah ketiga :
Menelaah ringkasan kitab tafsir yang menjelaskan kalimat-kalimat gharibah (asing) atau penjelasan yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat, atau pembahasan tentang kata yang samar, dan hukum yang khusus. Hal tersebut guna membantu dalam mendapatkan pemahaman para ulama sebelumnya, sehingga akan jelas baginya sesuatu yang samar, menampakkan sesuatu yang tersembunyi, meluruskan seseuatu yang belum jelas kebenarannya, atau menyadari akan kekurangan dirinya sehingga memberikan tambahan pengetahuan darinya.Jadi telaah ini bertujuan untuk mengklarifikasi, meluruskan dan mengaca diri dari berbagai kekurangan dan kekhilafan.
Langkah keempat :
Menelaah kembali kitab tafsir yang bear dan luas dalam pembahasan dan penjelasannya, serta panjang tema-tamanya, menjabarkan ragam perkhilafan –perbedaan pendapat-. Sehingga -dengan demikian- pembaca dapat berinteraksi –dengan kemampuan kritik yang konstruktif- untuk mencari penjelasan-penjelasannya dan menambah wawasan ilmu dan pengetahunnya, bergelut dengan ilmu dalam waktu yang lama dan penuh berkah. Menumbuhkan jiwa intelektualnya dan kemampauannya beristimbat –mengambil inti sari darinya.
Pada langkah ketiga diingatkan hendaknya pambaca memulai telaahnya dengan mencari penjelasan makna-makna kalimat Al-Quran, dan kitab yang paling baik dalam hal ini adalah “Kalimat Al-Quran tafsir dan bayan”, karangan ustadz hasanin makhluf. Kemudian menelaah kitab tafsir kontemporer yang berbicara tentang masalah problematika, permasalahan dan peristiwa kontemporer dan memfokuskannya hanya pada pembahasan kontemporer, dan pembaca tidak akan mendapatkannya kecuali pada kitab yang disusun oleh Sayyid Qutb dalam tafsirnya yang sangat fenomenal “Fi Dzilal Al-Quran”. Dan kami berpendapat bahwa kitab tersebut sebagai wasilah utama untuk dapat memhami tentang karakterisrik Al-Quran, kita yakin bahwa bagi siapa yang menentangnya maka akan banyak sekali yang hilang darinya terhadap nilai-nilai Al-Quran, hakekat dan ketentuan-ketentuannya yang termaktub dalam Al-Qur’an..
Kemudian setelah itu membandingkannya dengan kitab tafsir turats –bil ma’tsur- dan kitab “tafsir Al-Quran Al-Adzim imam ibnu Katsir” merupakan rujukan yang paling baik dalam hal ini.
Adapun pada langkah keempat, diingatkan kepada pembaca agar dalam menerima penafsiran dari para ulama mufassirin secara mutlak, seperti kitab tafsir Muhammad ibnu Jarir At-Thobari- yang diiringi dengan telaah di dalamnya secara seksama dan menggunakan oto kritik- kemudian juga menerima kitab-kitab tafsir lainnya seperti kitab tafsir Ar-Razi, An-Naisaburi, Az-Zumahsyari, Al-Qurtubi, Abu As-Su’ud, Al-Alusi, Asy-Syaukani dan Rasyi ridlo dalam kitabnya Al-Manar.
Jika dalam pelaksanaannya pembaca mengalami pencampur adukkan dan kebimbangan, maka ia akan menemukan kesulitan yang banyak dan bahkan akan sulit baginya mendapatkan keni’matan untuk bisa hidup bersama Al-Quran Al-Karim.
Semoga Allah senantiasa merahmati Imam As-syahid Hasan Al-Banna saat menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang cara paling ampuh untuk bisa memahami Al-Quran, beliau berkata : Hatimu.
Hati orang yang beriman tidak diragukan lagi merupakan seutama-utama tafsir terhadap kitabullah. Dan cara paling baik untuk dapat memahaminya adalah membaca Al-Quran dengan penuh tadabbur dan khusu’, berniat mencari kebenaran dan petunjuk, membuka wawasan dan fikrahnya ketika membaca…menselaraskannya dengan sejarah hidup Rasulullah saw, mengartikannya dengan corak yang khusus seperti melalui asbabun nuzulnya –sebab-sebab turunnya ayat-, hubungannya dengan tema-temanya, sehingga ia mendapatkan sarana yang baik dalam memahami Al-Quran secara benar dan bersih.
Jika setelah membaca kitab-kitab tafsir, dan menelaah makna lafadz, atau susunan yang tersembunyi, memahami makna yang ada dihadapannya, atau membekali diri dengan pengetahuan yang dapat memahami secara benar akan kitabullah, merupakan sarana terbaik…sedangkan pemahaman adalah merupakan cahaya yang dapat menyinari lubuk hatinya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment