13 August 2008
KEMERDEKAAN
2008-08-11 13:52:00
Syukur Kemerdekaan
Sebagai nikmat dan anugerah Allah SWT, kemerdekaan memang perlu disyukuri. Tanpa kemerdekaan, tentu, kita tidak akan dapat membangun dan mustahil mencapai kemajuan seperti yang kita raih sekarang. Begitu berharga kemerdekaan, sehingga ada adagium Arab yang mengatakan, ''La syaia atsman min al-hurriyah wa la syaia atsman min al-hurriyah wa la sa'adata akbar min al-qiyam bi al-wajib'' (Tak ada sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan dan tak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada menunaikan kewajiban).
Pada minggu-minggu ini masyarakat kita memang sedang sibuk menyambut dan memperingati 63 tahun kemerdekaan RI. Untuk maksud ini berbagai kegiatan digelar. Mulai dari pentas musik, film, pertandingan olah raga hingga gelar akbar Majlis Taklim. Semua kegiatan tersebut diidentifikasi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dari sudut pandang Islam syukur memang merupakan keharusan. Hakikat syukur, menurut imam al-Ghazali, adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan maksud pemberi-Nya. Jika kita memahami kemerdekaan sebagai ''jembatan emas'' menuju kemakmuran, setiap kegiatan dan aktivitas yang diarahkan untuk mencapai kemakmuran itu pada hakikatnya adalah syukur.
Cara manusia mengekspresikan rasa syukurnya kepada Tuhan memang berbeda-beda. Dalam hal ini, menurut Ibnu 'Athailah al-Sakandari di kitab Al-Hikam, manusia terbagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok orang yang suka cita dan menyambut gembira nikmat Tuhan itu. Namun kegembiraan ini terjadi bukan karena mereka melihat kepada pemberi nikmat itu (Tuhan), tapi karena melihat pada nikmat dan pemberiannya semata. Kelompok ini, menurut al-Sakandari, termasuk kelompok orang yang lalai (Min al-Ghafilin). Allah SWT mengecam dan mengancam akan menyiksa mereka secara mendadak. (Q.S. Al-An'am, 44).
Kedua, kelompok orang yang akan suka cita dan menyambut gembiraan nikmat Tuhan. Namun kegembiraan mereka bukan karena nikmatnya semata, tapi karena mereka sadar bahwa nikmat itu datang dari Allah SWT. Cara bersyukur seperti ini, menurut al-Sakandari, sejalan dengan pesan Allah SWT dalam ayat ini, ''Katakanlah, ''Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.'' (Q.S. Yunus, 58).
Ketiga, kelompok orang yang bersukaria dengan Allah SWT. Mereka tidak terlalu hirau atau peduli pada nikmat yang diberikan kepada mereka. Pandangan mereka lebih tertuju kepada Allah SWT. Mereka tidak sudi memandang kecuali hanya kepada-Nya. Inilah wujud syukur dalam bentuknya yang paling sempurna. Syukur seperti ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu (Khash al-Khawash), yaitu hamba-hamba Allah yang karena hubungan dan kedekatannya dengan Allah, mereka tidak tertarik lagi kepada yang selain dari-Nya. Setelah 50 tahun merdeka semoga bangsa kita semakin pandai mensyukuri nikmat Allah SWT. Amin! (agi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment