TERKAIT:
Tahun 2014, Puncak Sektor Properti
Jutaan Kelas Menengah di Inggris Cuma Bisa Mengontrak Rumah
19 Hotel Baru Banjiri Surabaya
Surabaya Bakal Punya Pencakar Langit 50 Lantai
Pengembang Surabaya Terancam Susah Berproduksi
JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah Jakarta, dua kota besar lainnya yang memiliki potensi untuk pengembangan pencakar langit adalah Surabaya (Jawa Timur) dan Medan (Sumatera Utara). Kedua kota besar ini mengalami pertumbuhan bisnis yang mengesankan.
Indikator tersebut terlihat dari tingkat pertumbuhan pusat belanja, apartemen, dan ruang perkantoran. Khusus ruang perkantoran, terjadi fenomena menarik. Menurut riset Colliers International Indonesia terbaru, paradigma bisnis modern sekarang membutuhkan ruang perkantoran di gedung-gedung tinggi.
"Tidak lagi di dalam ruko atau rukan. Perusahaan dan para pebisnis, apalagi yang agresif melakukan ekspansi usaha, sudah mempertimbangkan berkantor di gedung-gedung tinggi," ujar Associate Director Research Colloers International Indonesia, Ferry Salanto.
Surabaya tampil terdepan dengan menampakkan kemajuan signifikan. Kendati total pasoknya hanya 278.598 meter persegi atau 4 persen dari total pasok perkantoran Jakarta, tetapi permintaan terus menguat.
Saat ini hingga 2017 mendatang terdapat 12 gedung perkantoran baru yang akan menghias cakrawala Surabaya. Luas total bangunan mencapai 318.821 meter persegi. Satu di antaranya merupakan pencakar langit Tunjungan Plaza V setinggi 50 lantai yang dikembangkan Pakuwon Group di superblok Tunjungan City.
Tunjungan Plaza V terdiri atas beragam fungsi mulai dari perkantoran, pusat belanja, dan kondominium mewah. Ruang perkantorannya saat ini dipatok seharga Rp 26,5 juta per meter persegi.
Sementara di Medan, meski gedung perkantoran tinggi bisa dihitung jari, saat ini tengah dirancang sebuah gedung yang menjulang 50 lantai. Pencakar langit ini berdiri di atas bangunan pusat belanja dalam kawasan pengembangan Podomoro City di Medan.
Investor Relation Agung Podomoro Land, Wibisono, mengatakan, dalam gedung tersebut terdapat ruang perkantoran yang dibangun di atas pusat belanja.
"Ruang perkantoran ini akan dipasarkan dengan tawaran harga berkisar antara Rp 20 juta sampai Rp 25 juta per meter persegi," ungkap Wibisono kepada Kompas.com, Rabu (11/9/2013).
Kendati masalah ketinggian bangunannya masih belum diputuskan, terkait kebutuhan pasar, keberanian APLN membangun pencakar langit di Medan, dianggap pengamat sebagai pertaruhan.
Menurut Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, baik permintaan maupun pasok perkantoran komersial di daerah masih sangat tipis. Berbeda dengan di Jakarta, karena banyak bercokol perusahaan skala nasional dan multinasional yang membutuhkan ruang kantor representatif untuk head quarter-nya.
"Sementara di Medan dan Surabaya, keberadaan gedung kantor pencakar langit belum terlalu diperlukan. Kalaupun perusahaan nasional dan multinasional telah beroperasi di kedua kota ini, mereka hanya membutuhkan kantor cabang (branch)," imbuh Arief.
Kebutuhan yang terbentuk sekarang ini, lebih pada kebutuhan perkantoran untuk digunakan sendiri. Misalnya, perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Mereka akan membangun gedung kantor tapi untuk digunakan sendiri (owner occupied), tidak untuk dijual atau disewakan.
"Ruko dan rukan masih menjadi alternatif terbaik, selain bisa dimiliki dan menjadi aset perusahaan, juga lebih efisien," jelas Arief.