22 October 2009

MENANG


Aswwrb.
Enam imam Muslim AS akan menerima kompensasi dari maskapai penerbangan AS, US Airways karena telah diperlakukan dengan tidak baik saat menggunakan maskapai penerbangan itu.

Kasusnya sendiri terjadi tahun 2006 lalu. Enam imam Muslim itu sedang dalam perjalanan dari Minnesota menuju Phoenix usai menghadiri sebuah konferensi, menggunakan maskapai US Airways dengan nomor penerbangan 300. Seperti penumpang lainnya, keenam imam itu menjalani pemeriksaan sebelum masuk ke ruang tunggu pemberangkatan dan dinyatakan aman.

Sambil menunggu pemberangkatan, tiga orang imam menunaikan salat. Tapi saat pesawat akan berangkat dan semua penumpang masuk ke pesawat, keenam imam itu tidak diijinkan naik. Tangan mereka malah diborgol dan digelandang ke sebuah tempat di bandara, kemudian diinterogasi selama lebih dari enam jam.

Pihak US Airways menurunkan mereka atas laporan seorang penumpang yang merasa curiga melihat keenam imam itu. Tapi setelah berjam-jam diinterogasi, kecurigaan itu tidak terbukti dan US Airways membebaskan mereka. Persoalannya, setelah itu, keenam imam kesulitan mendapatkan tiket untuk jadwal penerbangan selanjutnya karena tak satu pun maskapai penerbangan yang ada di bandara mau menjual tiketnya pada mereka.

Atas insiden tersebut, tahun 2007, mereka mengajukan gugatan hukum terhadap US Airways-maskapai penerbangan kelima terbesar di AS- atas tuduhan pelanggaran hak asasi karena telah menurunkan dan menahan mereka selama lebih dari enam jam.

Meski pihak US Airways hanya bersedia membayar kompensasi dan tidak mau menyatakaan permohonan maaf, ini merupakan "kemenangan" bukan hanya bagi keenam imam yang memperjuangkan keadilan tapi juga bagi perjuangan hak-hak sipil warga Muslim di AS.

Juru Bicara Council on American-Islamic Relations (CAIR), Ibrahim Hooper mengaku lega dan berharap kasus seperti ini tidak terulang lagi. "Kami melihat akhir kasus ini sebangai kemenangan bagi keadilan dan hak-hak sipil," kata Ibrahim.

Ia melanjutkan,"Kasus ini merupakan pesan bagi para awak maskapai penerbangan bahwa mereka harus sensitif dengan histeria anti-Muslim yang sampai hari ini masih marak di AS."

Sejak peristiwa serangan 11 September 2001, muncul apa yang disebut fenomena “flying while Muslim” , fenomena dimana Muslim selalu dicurigai saat menggunakan penerbangan komersial. Setelah kasus enam imam Muslim itu, banyak Muslim yang masih mengalami perlakuan buruk saat naik pesawat.

Awal tahun kemarin, sebuah maskapai penerbangan menurunkan satu keluarga Muslim terdiri dari 9 orang, dua diantaranya anak-anak, di Orlando. Beberapa penumpang mencurigai mereka hanya karena mendengar keluarga itu membicarakan soal tempat duduk yang aman di dalam pesawat.

Tahun 2007, 40 jamaah haji yang ingin pulang ke Detroit, terlunta-lunta di bandara Jerman setelah maskapai penerbangan Northwest menolak mereka naik ke pesawat.

No comments: