09 July 2008
Kewajiban
Asww.
Kewajiban seringkali dirasakan sebagai perintah yang memberatkan. Shalat, misalnya, adalah tugas yang begitu berat yang memaksa setiap orang Islam untuk menjalankannya. Melaksanakan shalat seolah-olah menjadi beban yang mau tidak mau harus diterima jika orang yang bersangkutan mengaku sebagai orang Islam. Orang tersebut menjadi tak berdaya dan harus mempersembahkan pengabdian kepada Allah SWT karena untuk tujuan itulah manusia diciptakan di muka bumi ini. (QS Adz-Dzariyat [51]: 56).
Setiap kali melaksanakan shalat, setiap Muslim pasti mengucapkan kalimat inna shalatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'alamiin (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, semuanya milik Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam). Doa iftitah ini seringkali hanya dipahami sebagai penyerahan total seorang hamba kepada Tuhannya. Pemahaman semacam ini setidaknya kurang tepat, jika tidak bisa dikatakan tidak benar. Benar bahwa Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Namun di sisi lain, Allah SWT juga menegaskan bahwa Dia tidak membutuhkan sama sekali ibadah hamba-Nya.
Allah SWT tetap menjadi Tuhan, kendati tak seorang pun manusia di muka bumi ini beribadah kepada-Nya. Kekuasaan dan sifat ketuhanan-Nya sama sekali tidak bergantung pada ibadah hamba-Nya. Dia adalah Tuhan yang independen (qiyaamuhu binafsihi), tak membutuhkan siapa pun. Kewajiban menjalankan shalat lima waktu sejatinya dapat dimaknai sebagai kepedulian Allah SWT pada hamba-Nya. Allahlah yang sejatinya ''sibuk'' melayani hamba-Nya lima kali dalam sehari. Shalat dan kewajiban-kewajiban lainnya adalah keharusan yang dimaksudkan untuk mendidik manusia.
Untuk kepentingan itu, Allah SWT mengalokasikan waktu begitu banyak. Lima kali dalam sehari Dia siapkan waktu khusus untuk menjumpai hamba-hamba-Nya. Bahkan, untuk kepentingan-kepentingan yang lebih khusus lagi, Dia mengalokasikan waktu tambahan. Mereka yang mempunyai kepentingan sangat khusus dipersilakan menghadap-Nya di tengah malam sepi (QS Al Isra [17]: 89).
Betapa Allah SWT sangat sayang dan sangat peduli terhadap kepentingan hamba-Nya. Manusialah yang sejatinya membutuhkan semua ibadah dan kewajiban-kewajiban itu. Dan Tuhanlah sejatinya yang justru dengan senang hati senantiasa siap ''direpoti'' hamba-hamba-Nya. Dengan pemahaman semacam ini, sungguh aneh jika kewajiban shalat masih dirasakan sebagai sesuatu yang memberatkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment