02 May 2008
KISAH KISAH DALAM AL -QUR'AN
ASWW.
Orang-orang Kafir dan Keselamatan dan Kemenangan Orang-orang Beriman Dalam Peperangan (Kisah Kemenangan Nabi Nuh AS)
DR. Ali Muhammad As-Slaaby
Pendahuluan
Kisah nabi Nuh merupakan contoh yang otentik untuk dijadikan dalil dalam beberapa contoh ragam kejayaan; antara kehancuran orangporang kafir dan keselamatan orang-orang beriman, kisah nabi Nuh bersama kaumnya merupakan manhaj yang agung bagi para duat karena kisahnya penuh dengan pelajaran dan ibrah, diantaranya :
1. Nabi Nuh merupakan nabi pertama yang diutus oleh Allah SWT kepada manusia, dan setiap yang pertama pasti memiliki ciri dan keistimewaan khusus.
2. Panjangnya waktu yang dibutuhkan oleh nabi Nuh dalam berdakwah kepada kaumnya yaitu selama 950 tahun.
3. Nabi Nuh AS merupakan salah satu dari 5 nabi yang termasuk dalam Ulul Azmi seperti yang disebutkan dalam Al-Quran.
4. Nama Nabi Nuh banyak disebut dalam Al-Quran hingga mencapai 43 tahun dalam 29 surat yang terdapat dalam Al-Quran, berarti melebihi ¼ dari Al-Quran dari jumlah nama-nama surat dalam Al-Quran.
Adapun kisah nabi Musa bersama Fir’aun merupakan petunjuk akan latennya pertentangan antara kebenaran dan kebatilan, hidayah dan kesesatan, iman dan kekufuran, cahaya dan kegelapan, kekejaman yang dilakukan oleh Fir’aun yang angkuh, sombong, suka memperbudak manusia, menindas dan menjadikan mereka sebagai pelayan, terhina dan tertindas, dan bagaimana Allah berkehendak terhadap Bani Israil untuk mengembalikan kemerdekaan mereka yang terampas dan kehormatan yang tercabik-cabik, kemuliaan dan kesucian yang terhinakan dan hilang. Maka bagi yang berhadapan dengan Allah pasti akan lemah dan hancur, gagal dan terkalahkan, musuh-musuh Allah dimanapun mereka berada akan mengalami kehancuran dan kerugian serta kehinaan, dan telah jelas bagi kita bagaimana ancaman Allah terhadap Fir’aun dan kemenangan bagi Nabi Musa dan kaumnya.
Adapun kisah Thalut, merupakan fase yang berlalu pada masa bani Israil, setelah mereka terjerumus dalam kemaksiatan, menyimpang dari manhaj Allah dan kekuasaan Allah terhadap musuh dan menimpa bani Israil pada kehinaan dan kehancuran, kepahitan yang menyakitkan, dan kekalahan yang besar, mereka menginginkan perubahan peristiwa yang menghinakan, mengubah kenistaan menjadi kehormatan, kekalahan menjadi kemenangan.
Mereka memahami bahwa jalan menuju itu adalah jihad dan qital (berjuang), sehingga mereka meminta dari nabi mereka untuk memilih seorang raja menjadi pemimpin mereka, mengarahkan mereka pada kemuliaan dan kemenangan, berjuang melawan musuh di jalan Allah, dan pilihan jatuh pada Thalut untuk membimbing mereka pada kemenangan, kemuliaan dan kemerdekaan, namun sekelompok dari mereka menolak dengan berkata : “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” (Al-Baqoroh : 247) maka dijelaskan oleh nabi mereka bahwa Allah telah memilihkan mereka thalut, dan Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, dan Allah telah membekalinya kelebihan ilmu dan kekuatan badan, dan pada akhirnya Thalut menerima kepemimpinan atas Bani Israil.
Dan kisah Thalut bersama bani Israil merupakan kisah dalam Al-Quran yang sangat menakjubkan dalam menerangkan sunnah-sunnah Allah menuju kebangkitan umat dalam kehinaan dan tertindas, apa ciri dan sifat-sifat yang dituntut terhadap pemimpin untuk memperbaiki kondisi, pekerjaan besar untuk memperkokoh dan membangkitkan bangsa menuju tempat yang tinggi, sesuai dengan manhaj rabbani dan sarana amaliyah dan tarbawiyah yang mendalam atas nilai-nilai ketaatan, keteguhan, pengorbanan dan penebusan jiwa demi akidah yang benar.
Begitupun dalam sirah nabi saw kita dapatkan contoh dari kejayaan –kemenangan atas musuh- yang jelas; yaitu setelah nabi saw hijrah ke Madinah dan menstabilkan kondisi, suasana dan posisi, menyiapkan kekuatan untuk berjihad sehingga terwujud misi-misinya yang dekat maupun yang jauh, yang disandarkan pada Allah, melakukan sebab-sebab yang diperintahkan Allah (bertawakkal), sehingga memberikan kepada kita pelajaran tentang perang yang begitu indah, hikmah yang agung dalam bagaimana mewujudkan kemenangan atas musuh dan kejayaan agama Allah.
Diawali dengan perang secara sirriyah, lalu perang dzahirah hingga terwujud misi-misinya, dan berhasil melakukan pengepungan atas kedzaliman, kekufuran dan kesesatan sehingga dapat penaklukkan kota Mekkah, menyatukan Jazirah arab, menghancurkan berhala-berhala yang berada di setiap sudut Ka’bah, memerangi Yahudi yang telah melanggar perjanjian, melakukan invasi kepada para raja dengan menyeru mereka kepada Islam, sehingga meninggalkan pada kita bangunan yang kokoh.
Setelah itu beralih pada masa khulafa ar-rasyidin dalam memperluas penaklukan Islam ke bagian barat dan timur, para generasi yang mampu mengemban amanah risalah dan menunaikan tugas dengan baik, sehingga dapat kita lihat bahwa sejarah Islam penuh dengan berbagai macam kejayaan.
Begitupun pada masa Sholahuddin, dimana perang Hathin dan penaklukkan al-Quds berada ditangannya, pada masa Yusuf bin Tasyfin pada perang Az-zalaqoh, pada masa Muhammad Al-Fatih terjadi penaklukkan Konstantinopel.
Adapun pada masa sekarang peristiwa jihad antara Rusia dan Afganistan berakhir dengan kekelahan orang-orang kafir, perang antara Islam dan Nasrani di selatan Sudan membuka untuk kaum muslimin pintu-pintu jihad, kemenangan, kejayaan dan kemuliaan, pergumulan antara Yahudi dan kaum muslimin di Palestina, begitulah yang selalu kita dapati akan pertolongan Allah terhadap penganut tauhid dan iman di sepanjang masa dan zaman.
1. Kisah kemenangan nabi Nuh dan kehancuran kaumnya
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”. (Al-A’raf : 59)
Bahwa tsawabit dakwah nabi Nuh AS adalah menyeru untuk beribadah kepada Allah dan meng-Esakan-Nya, dan memberikan peringatan jika tidak mau istijabah (menerima) untuk bertauhid.
Namun kaumnya tetap tidak mau menerima seruannya bahkan mereka malah sombong, angkuh dan kekeh dengan pendirian mereka, Allah SWT berfirman : “Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia Berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka kepada Allah-lah Aku bertawakal, Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku”. (Yunus : 71) dan pada surat Hud juga dijelaskan dialog yang panjang antara nabi Nuh dengan kaumnya, memberikan agenda, mendebat mereka dan memberikan alasan serta menjelaskan jalan petunjuk, sehingga kaumnya mau menerima dakwahnya, namun : “Mereka Berkata “Hai Nuh, Sesungguhnya kamu Telah berbantah dengan kami, dan kamu Telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (Huud : 32) lalu menjelaskan akhir dari perkara mereka : “Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang Telah beriman (saja), Karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan”. (Huud : 36-37)
Nabi Nuh menjalankan dakwahnya dengan sabar dan tabah untuk mengajak kaumnya beribadah kepada Allah ta’ala, menggunakan seluruh retorika dan teori dakwah yang beragam, berusaha mengajak mereka pada hidayah dan menyembah Allah, Allah berfirman : “Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku Telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian Sesungguhnya Aku Telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan”. (Nuh : 5-8)
Bersamaan dengan usaha yang agung ini dan kesabaran serta ketabahan yang tidak pernah lekang serta usaha yang gigih pantang mundur, namun mereka menolak dan tidak mau menerima dakwahnya : “Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”.(As-Syu’ara : 111) “Mereka berkata: “Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti Hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam”.(As-syuara : 116).
Tidak ada yang mau beriman kecuali hanya sedikit sekali dari kaumnya bahkan istrinya dan salah satu dari anaknya yang akhirnya tenggelam bersama orang-orang yang kufur juga ingkar kepada dakwahnya. Allah berfirman : “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”. (At-tahrim : 10) dan Allah berfirman : “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.” (Huud : 45)
Dan Allah berfirman : “Hingga apabila perintah kami datang dan dapur] Telah memancarkan air, kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang Telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”. (Huud : 40). Dan pada akhir kisahnya dan akhir perjalanan dakwah serta setelah tidak ada tanggapan dari kaum nabi Nuh akan dakwahnya, nabi Nuh berkata seperti yang dikisahkan Allah dalam Al-Quran Al-Karim : “Nuh berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku Telah mendustakan aku; Maka itu adakanlah suatu Keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah Aku dan orang-orang yang mukmin besertaku”. (As-Syu’ara : 117-118). Dan Allah berfirman : “Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “Bahwasanya Aku Ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).” (Al-Qomar : 10) dan Allah berfirman : “Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’siat lagi sangat kafir”. (Nuh : 26-27)
Akhirnya Allah mengabulkan do’a nabi Nuh, dan nabi Nuh sangat tepat menggunakan senjata yang ampuh yang banyak dilalaikan oleh para aktivis dakwah. Allah berfirman : “Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “Bahwasanya Aku Ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).” Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, Maka bertemu- lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh Telah ditetapkan. Dan kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan Sesungguhnya Telah kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, Maka Adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qomar : 10-15). Tidak lebih dari 10 abad, namun hasilnya :
1. Hanya sedikit yang beriman terhadap dakwahnya.
2. Istri dan salah satu anaknya juga tidak beriman pada keduanya adalah orang terdekat padanya, namun dirinyalah yang menang dan bahkan merupakan kemenangan terbesar. Hal itu tercermin pada sifat-sifat berikut :
a. Kesabaran dan keteguhannya sepanjang hidupnya, tidak pernah bosan dengan usahanya terhadap prilaku kaumnya –sekalipun demikian kerasnya- atau sikap ejekan dan hinaan mereka terhadapnya. Allah SWT berfiman : “Dan mulailah Nuh membuat bahtera. dan Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. berkatalah Nuh: “Jika kamu mengejek Kami, Maka Sesungguhnya Kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)”. (Huud : 38)
b. Perlindungan Allah SWT untuknya dari tipu daya dan makar mereka. “Mereka berkata: “Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti Hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan Termasuk orang-orang yang dirajam”. (As-Syuara: 116), dan Nabi Nuh tidak pernah berhenti untuk mengajak mereka bertauhid dan merealisasikan makna ibadah kepada Allah sekalipun mereka tidak mampu melakukan itu semua.
c. Kehancuran kaumnya yang telah mendustakan nabi Nuh dengan ditenggelamkan : “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)”. (Al-A’raf : 64)
d. Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman dengannya diselamatkan : “Dan Kami telah menyelamatkannya dan orang-orang yang beriman kepadanya untuk naik ke perahu”. (Al-A’raf : 64). “Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)”. (Al-Qomar : 13-14)
e. Sesungguhnya kisah kemenangan nabi Nuh dan kebinasaan kaumnya merupakan ibrah (pelajaran). Dan Allah menjadikan nabi Nuh yang memiliki lisan yang jujur dihadapan orang lain. “Dan Sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, Maka Adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qomar : 15) “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur”. (Al-Isra : 3) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. (As-Shofaat : 79) “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Ali Imron : 33)
Demikianlah tampak jelas hakikat kemenangan dari kisah nabi Nuh AS, bahwa sesungguhnya kaum nabi Nuh pada masanya tidak berada pada kesederhanaan, namun mereka ingkar kepada Allah dan membangkang terhadap rasul-Nya, dan sedikit sekali orang yang mau beriman kepadanya, guna menjaga manhaj yang telah dikisahkan bahwa nabi Nuh akan meninggal sekalipun mereka tetap hidup. “Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’siat lagi sangat kafir”. (Nuh : 27)
Akhirnya mereka dibinasakan sekalipun jumlah mereka banyak daripada jumlah orang yang membawa kebenaran dan mempertahankannya. Allah SWT telah menghancurkan kekufuran dan kedzaliman, dan memberikan kedudukan dan keteguhan kepada mereka yang beriman kepada tauhid dan iman, sehingga menjadi orang yang sederhana dan tunduk pada ke Esaan Allah dan mampu mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam kehidupan mereka. [1].
Allah berfirman : “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh”. (Al-Isra : 3) Imam At-Thobari berkata : “Dan yang demikian menjelaskan bahwa seluruh yang ada di muka bumi ini berasal dari Adam orang-orang yang dibawa oleh Allah dalam perahu”. Dan imam Qatadah berkata : “Seluruh manusia adalah dari keturunan orang yang diberikan keselamatan dalam perahu tersebut. Imam mujahid berkata : anak-anak laki dan perempuan mereka dan nabi Nuh AS”. Allah juga berfirman : “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”. (Maryam : 58) [2]
Sesungguhnya kejayaan yang hakiki, kemenangan yang besar dan kehormatan yang mulia adalah saat mendapatkan ketenangan pada manhaj Allah, Tuhan semesta alam dari jiwa-jiwa orang-orang yang beriman, sekalipun mereka sedikit, pelajaran yang dipetik “bukanlah dengan banyaknya orang yang beriman dan para pengikut kebenaran, namun terletak kesucian manhaj rabbani yang diyakini oleh mereka baik secara individu atau banyak orang, karena itu sekalipun sedikit atau lebih, dan tidak mencapai 13 orang jumlahnya yang mampu memahami makna tauhid yang sebenarnya, merealisasikan makna ubudiyah kepada Allah, menghancurkan semua penduduk bumi untuk melindungi mereka dan terhadap manhaj yang mereka terapkan dan mereka emban, selama ada bahya dan ancaman yang dapat membinasakan mereka, karena itu yang hancur adalah manhaj yang mereka bawa : “Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’siat lagi sangat kafir”. (Nuh : 27)
Sesungguhnya kehancuran orang-orang kafir dan kemenangan orang-orang yang beriman serta keselamtan manhaj robbani yang mereka teguh terhadapnya dan terhadap apa yang mereka korbankan dalam bentuk kesabaran dan keteguhan adalah merupakan bagian dari kejayaan yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya yang di Kehendaki.
Dan sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kejayaan kepada nabi Nuh AS dan mereka yang beriman kepadanya di muka bumi ini, urusan langit mudah lepas, dan air dengan mudah meluap di muka bumi hingga menyamakan –tingginya- sebesar gunung Judi, sebagai kejayaan akan bahtera keimanan dan para pengikutnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment